70 tahun sudah Indonesia merdeka. Semoga saja memang
sudah merdeka dalam arti yang sebenarnya.
Aku memang ngga turut merasakan perjuangan para
pahlawan untuk merumuskan kemerdekaan atau bahkan turut memimpin peperangan melawan
penjajah negeri ini. Tapi 19 tahun tidak bisa dibilang sebentar bukan?
Yaa sudah 19 tahun aku ikut merasakan kemerdekaan
bangsa ini. Memeriahkan berbagai ceremony untuk menyambut HUT RI, yang paling
mudah saja seperti memasang bendera merah putih beserta umbul-umbul di depan
rumah. Sewaktu kecil dulu ada kebiasaan membuat air warna warni yang dimasukkan
dalam plastik es lillin atau plastik apapun kemudian digantung pada
ranting-ranting pohon didepan rumah, begitulah kebiasaan anak-anak sekitar rumah
untuk menyambut kemerdekaan.
Sekarang? Cukup pasang DP BBM bertemakan kemerdekaan
atau upload foto di Facebook.
Ini adalah tahun keduaku tidak mengikuti upacara
kemerdekaan. Melepas jabatan sebagai siswa membuat seakan tidak ada kewajiban
untuk ikut merasakan berdiri di lapangan dan hormat pada sang merah putih.
Ketika melintas alun-alun kemarin berasa aneh ketika siswa, guru, pejabat,
beserta jajarannya sedang melaksanakan upacara. Kami dan para manusia tanpa
jabatan seakan tidak memiliki alasan untuk ikut berdiri tegak bersama disana.
Seakan-akan upacara hanya diuntukkan bagi
orang-orang tertentu yang memiliki jabatan tertentu pula. Apa hanya orang-orang
berbaju rapih saja yang bisa melangsungkan upacara di tempat terpilih? Atau
masyarakat biasa yang terlalu enggan turut serta menghormati kemerdekaan
bangsanya sendiri karena alasan masing-masing?
Upacara Kemerdekaan? Ahh terdengar seperti kenangan
lama..
Pasar-pasar tetap ramai dengan penjual dan pembeli,
jalanan tetap padat dengan berbagai aktivitasnya, serta rumah-rumah warga pun
masih dipenuhi penghuninya. Menghormati bangsanya? Ahh itu Cuma mitos.
Nyatanya kita terlalu sering mengeluhkan berbagai
hal di negeri ini. Lupa kita sedang berdiri dimana, lupa kita lahir dimana,
lupa kita makan dengan tanah siapa, lupa kita dengan bangsa ini. Padahal yang
harus dikeluhkan adalah diri kita sendiri yang selalu mengeluh.
Kemeriahan lain yang sering diadakan adalah berbagai
perlombaan, tentu saja yang paling menarik perhatian adalah panjat pinang. Panjat
pinang memiliki banyak makna yang terkandung didalamnya, di pucuk atas
tertinggi selalu dipasang bendera merah putih. Hal tersebut seakan melambangkan
semangat pahlawan dalam mencapai kemerdekaan. Yang paling disayangkan ketika
tidak ada yang berhasil naik ke atas karena tinggi dan licinnya pinang
tersebut, kemudian akan berakhir dengan dirobohkannya sang pinang untuk diambil
hadiahnya. Padahal kalo dirasa-rasa seakan berarti mereka kalah dalam
mendapatkan kemerdekaan, menyerah karena rintangan yang tidak seberapa.
Hidup di negeri tercinta ini meski bukan sebagai
pengamat kenegaraan tetap saja aku ikut merasakan perubahan kehidupan serta
kekisruhan yang pernah terjadi disini. Perubahan yang katanya semakin modern
dan canggih sehingga membuat kekisruhan yang semakin rumit dan antah berantah..
kepentingan individu, organisasi, maupun golongan tertentu juga kadang membuat
semuanya semakin carut marut.
Berbicara tentang kehidupan dan bernegara akan
sangat panjang. Lagipula sejak dulu aku bukan orang yang suka dengan pelajaran
pendidikan kewarganegaraan yang statusnya wajib sebagai siswa maupun mahasiswa.
Aku hanya orang yang tidak suka melepaskan apa yang sudah aku miliki.
Jadi
kapan terakhir kali kamu hormat pada Sang Merah Putih?
Post a Comment