sukma w.

        Berhubung udah hamper setaun kelas XI, berarti udah ampir setaun juga pisah ama respati. Nahh the big family ipa 2 yang baru lahir ini pingin punya nama. Setelah sempat ganti nama dan mengalami perdebatan panjang, jadilah Elvacto.
       Entah kapan hari kemerdekaan Elvacto. Karena sama sekali ngga ngundang Gubernur, Walikota, maupun Camat,bahkan kambing guling, rending, serta sate pun ngga ada.
       Suka dukanya bareng Elvacto ngga bisa dijabarin lah. Bahkan lewat rumus limit mendekati tak terhingga -_-

Ipa 2 itu kompak. Saking kompaknya sampe jadi satu-satunya kelas ipa yang ega punya kaos kelas. Alesannya simpel, Cuma gara-gara ada yang engga kepingin ikutan bikin. Tapi alesan yang paling pasti itu sebenernya gara-gara protes mulu ama desain dan warnanya. Setelah 9bulanan, baru deh kepikiran lagi untuk mbuat kaos. Sekarang (maret 13) si lagi mesen, doain aja jadi..
       Kompak yang paling mentereng itu dalam hal remidian. Iya, jadi kalo remid dikelas itu tenang aja ngga bakal sendirian kok, pasti banyak temennya :)
Selain kompak juga loyal. Bukan, bukan suka traktir sana traktir sini. Jadi biasanya kalo dirumah punya makanan yang engga kemakan pada suka ngebawa kesekolah. Hasilnya? Ludes! Biar ega mubazir, itung-itung amal juga buat yang kelaperan :p

Hidup itu kayak pelangi, warna warni, biar indah. Ngga enak kan kalo warnanya monoton Cuma hitam atau putih doang?
Makhluk ciptaan Allah yangn terdampar di IPA 2 juga gitu, warba warni. Ada yang kurus, ada yang gendut, ada yang tinggi, ada yang pendek, ada yang perempuan, ada yang laki-laki. Dannn ini dia nama-nama yang kelak menjadi legendaries ipa2 à
1.    Amallia Rohmah
2.    Arifah indah s.
3.    Arum setyaningsih
4.    Christiana wahyuningsih
5.    Desinta T.
6.    Eka setyaningsih
7.    Fairuz nuri H.
8.    Iin trimalasari
9.    Liza puspaloka f.
10.     Mei Priana
11.  Melvinda N.
12.  Mita vicencia y.
13.  Nurina putrid
14.  Ririn ariyanti a.
15.  Rizkiani m.
16.  Salisa nurul n.
17.  Septina risky a.
18.  Sukma wardani
19.  Tri rochmawati
20.  Wijji prasetyo r.
21.  Yanne nurul r.
22.  Yuliana
23.  Abizar yahya
24.  Agil priyambodo
25.  Akhmad yuli m.
26.  Bagus risky s.
27.  Enggartiasta a.
28.  Ganjar hendrik k.
29.  Imam fujjiono
30.  Nur muhamad s.
31.  Robbi nugroho

Engga bisa ngecoment satu-satu, soalnya aku juga manusia. Kalo mau nyalahin itu harus bisa ngebenerin. Nahh kalo aku bilang kamu jelek berarti aku harus bisa ngebenerin kamu biar engga jelek. Tapi itu ngga mungkin kan? Jadi ya inilah kita.

Sekarangggg
Ibaratnya kupu-kupu ya, sekarang itu kita lagi jadi kepompong. Kita semua lagi nyari kebebasan, nyoba keluar dari semua hal yang menurut kita ngebosenin. Dulu kita masih jadi ulet, dimana orang yang mau nyerang kita bakal berpikir dua kali, karena kita punya bulu-bulu yang melindungi kita. Ya bisa dibilang orang tua, dulu mereka masih berperan banyak dalam hidup kita.
Trus beranjak besar kita jadi kepompong, tapi kita masih harus tetap dilindungi. Cangkang kepompong itu keras, tujuannya jelas untuk melindungi kita dari orang-orang yang ingin menghancurkan kita, sebut saja sekolah. Disana kita banyak belajar, mencoba memahami, namun tetap ada aturan-aturan yang berlaku. Semua itu demi keselamatan dan masa depan kita.
Setelah kita terlepas dari kepompong, kita bakal jadi kupu-kupu yang indah dan cantik. Dimana semua orang bakal ngeliat kita dengan takjubnya. Ketika saat itu tiba kita harus hati-hati memelih ‘teman’. Karena bisa saja mereka yang mendekati kita kala menjadi kupu-kupu hanya memanfaatkan keindahan kita. Itu hanya kemungkinan.
Anggap saja kupu-kupu adalah kesuksesan. Jadi sekarang kita sedang menuju kekesuksesan. Selamat datang kesuksesan..

^^  
@dearestSukma
©sukmaGR34T
sukma w.

                Setelah insiden tempo hari, makin jarang orang yang sekedar mampir atau iseng dengan rumah bercat putih itu. Bahkan Rendy sudah tidak mau bahkan hanya untuk memandangnya saja. Ia telah berkoar-koar sampai penjuru sekolah tentang pengalamannya, hingga biang-biang gossip mengembangakan cerita tersebut keberbagai versi. Tentu saja sangat berlebihan dan menyimpang dari kenyataan.
      Bagi rendy ulah biang gossip itu justru sangat menguntungkan. Selain namanya bertambah melambung, ia juga makin keren dengan predikat pemberani.
Lain halnya dengan Fino, ia justru masih teramat penasaran dengan semua kejadian yang ia lihat dirumah tersebut. Setiap pulang sekolah Fino tidak pernah lepas memandang rumah itu. Seperti saat ini, ketika ia berjalan bersama teman-temannya mendadak langkahnya terhenti didepan pagar rumah tua itu.
“Jangan diliatin mulu Fin,” seru Adit
      Namun sepertinya Fino tidak memedulikan panggilan itu. Kakinya justru mulai berjalan mendekati pagar sementara tangannya hendakmembuka pagar tersebut.
      Rendy berlari mendekati Fino, “Jangan gila lo! Buruan pergi dari sini,”
      Dengan setengah menyeret Fino, Rendy ngedumel sendiri. ia tau apa yang ada dipikiran Fino, karenanya ia langsung menggagalkannya.
      Sekitar 5 meter berjalan menjauh dari rumah tua, Fino mulai terasa lemas dalam cengkraman Rendy. Rendy yang sadar akan hal itu mendudukan Fino pada kursi yang berada didepan warung.
“Ternyata sampai segitu pengaruhnya..” lirih Rendy
“Kenapa Ren?” Tanya Satria sembari ikut duduk disamping Fino.
“Ngga, ngga papa” kilah Rendy
      Sekarang Rendy merasa menyesal telah mengajak teman-temannya masuk kerumah tersebut. Mungkin ngga semua orang tau jika salah satu dari mereka telah diincar. Ia mulai sadar jika salah satu orang itu adalah Fino. Sebab Fino sering berdiri melamun didepan rumah bercat putih itu.
      Sepertinya saat ini Rendy memiliki tugas yang cukup serius, yaitu menjaga Fino.
***


@DearestSukma
©sukmaGR34T
sukma w.

Awan yang mendung tanpa hujan. Cuaca ini lebih gelap dari biasanya, tapi hujan tak juga turun. Aku terpaku menatap dunia luar dibalik jendela kamarku.
“Ahh andai saja hari ini hujan,” gumahku sengau
    Aku terduduk ditengah kamar, mencoba menenggelamkan diri dengan buku ditanganku. Namun usahaku jelas sia-sia, buku ini malah membuatku tambah tersiksa. Bagiku akhir dari cerita seseorang adalah kematian, lalu apakah ada kematian yang menyenangkan? Jadi apa masih adakah Happy Ending?
    Ya, aku tidak percaya dengan happy ending. Karena nyatanya aku benar-benar tak yakin akan merasakannya.
    Kebencian, pengkhianatan, penipuan, dan dendam. Rasa itu menyatu dalam diriku, mengeruak ingin keluar dari raga ini. Tapi untung saja kesadaran ini tau bagaimana cara memperlakukan dunia. Well, aku bukan alter ego. Diriku satu dan aku sadar, hanya saja kadang ada rasa aneh yang muncul ketika aku tak mampu menahan rasa yang terkubur ini.
    Huffh,aku mencoba menghapusnya. Tapi ternyata aku tak mampu,  semua rasa ini nyatanya hanya terkubur. Suatu saat nanti ketika entah kapan pasti ia meminta keluar dari dalam sini. Karena lama-kelamaan semua ini pastilah sudah tak mampu untuk dikubur. Tidak muat, karena tempat ini telah penuh dengan ribuan rasa.
    Pernah aku mencoba menceritakan rasa yang berada jauh dibawah ini dengan orang yang menamakan dirinya ‘teman’. Tapi seperti yang semua orang tau, aku tak akan mampu. Bersama mereka, aku tau apa yang namanya tertawa. Dan aku tidak ingin merusak suasana itu dengan ceritaku yang mengharu biru dan benar-benar tidak lucu.
    Aku seperti angin, tak ada yang tau kapan aku dating dan kapan aku pergi. Namun aku tidak peduli. Aku hanya ingin semua orang merasakan kehadiranku. Apa aku egois? Mungkin. Tapi sekali lagi, aku tidak peduli.
    Sebenarnya aku mencintai dunia. Sangat! Aku menikmati setiap warna yang berlalu dimataku. Menikmati setiap cahaya yang kadang menyilaukan penglihatanku. Menikmati setiap tanah yang kadang menggores kakiku. Juga menikmati angin yang bisa membuatku membeku ditempat. Dan….. yahh hidup tidak terlalu buruk.
    Tapi mungkin hidup akan benar-benar buruk ketika kau mengeluhkannya pada orang lain. Kau tau, mereka takkan bisa membantumu. Mereka hanya orang yang tersenyum saat melihatmu kesusahan. Percayalah!
    Hahaha kau tau, ada orang-orang yang menganggapku gila. mereka bilang aku terlalu senang tertawa bahkan untuk hal-hal yang tidak perluditertawakan. Hei dunia ini konyol teman, suatu saat nanti mungkin kau akan lupa caranya tertawa.
    Malam….
     Saat mentari menghilang
     Itulah malam
     Meski tanpa bulan dan bintang
     Namun selalu membawa kedamaian
     Malam….
     Saat beda tak lagi ada
     Semua sama
     Hanya hitam dan gelap
     Laksana sebuah keabadian
     Malam….
     Saat tak banyak yang dilakukan
     Semua orang berdamai
     Menerima dan menjalani kenyataan
     Menunggu sepercik harapan

    Aku kembali melangkah menuju jendela. Langit sudah benar-benar gelap, yahh.. sepertinya malam tlah menyapa dan, lihat…. Ada butiran-butiran kecil yang jatuh dari langit.
    Aku suka malam
     Saat beda seakan sirna
     Apalagi hujan diwaktu malam
     Hingar bingar dunia pun hanyut oleh hujan
     Hingga keluhku tak terdengar
     Tenang… dan tenang…

    Aku tersenyum tipis. Mencoba mengabaikan suara gaduh diluar kamar. Tapi nyatanya menutup telinga tak semudah menutup hidung. Sekeras apapun kucoba tetap saja samar-samar kudengar keributan itu.
    Sebenarnya aku tau apa yang menjadi pokok keributan. Aku! Ya, akulah tokoh utamanya dimana setiap jengkal yang kutemui hanya luka.
    Kali ini hujan turun dengan derasnya, dihiasi kerlipan petir yang memecah malam. Bunyinya yang menggelegar seakan menandakan kemurkaan alam.
    Aku suka, sangat suka mala mini.meski diluar kamarku suara-suara itu masih terdengar tapi setidaknya kali ini hujan bisa menyamarkannya. Ah ya, tambah satu lagi. Mati lampu!
    Benar-benar menyenangkan. Malam ini aku tak perlu menutup muka dan telingaku. Karena tangisku tak akan terdengar dan muka berantakanku tak akan terlihat.
    Malam, gelap. Rasanya tak ada lagi perbedaan didunia ini. Semua yang terlihat sama dan itu menyenangkan. Rasanya seperti inilah kelak tempat akhir semua orang  kembali.
    Hahaha aku merasa hidupku kali ini wajar. Huh tapi tentusaja semua ini tak akan lama. Jika nanti hujan berhenti dan lampu kembali benderang atau matahari dating dengan setia menyinari diatas sana maka saat itu pula hidupku kembali. Suara dibalik kamar kan menerobos masuk dan tentusaja luka itu kan semakin dalam.
    Tiba-tiba ponselku berkedip menandakan ada pesan masuk. Rasanya hatiku ngilu, aku masih mempunyai orang yang bernama ‘teman’. Kadang mereka terasa sangat perhatian, hingga rasanya aku lebih ingin hidup bebas diluar sana daripada mendengar celotehan tentang diriku yang selalu diposisi salah.
    Andai saja aku tak memikirkan masa depan. Atau andai saja masa depanku tak pernah ada. Mungkin aku memilih pergi dari lingkaran setan ini. Memilih berjalan jauh dan jauh dari semua rasa. Tapi bisa ditebak, aku takut! Aku takut dengan masa depanku, aku takut denghan hari esok yang entah ada atau ngga. Aku hanya ngga pingin masa tuaku dihabiskan dirumah kardus, menjadi gelandangan, atau dibawah kolong jembatan. Lalu mayatku akan dikubur disembarang tempat hingga tak berbekas, atau malah mayatku hanya akan dihanyutkan disungai? Ngga. Aku ngga pingin semua itu terjadi. Aku Cuma pingin semua orang kan mendoakanku ketika aku mati nanti. Ya sesederhana itu.
    Bibirku tertarik lagi, membentuk seulas senyum tipis.

From: 0858********
Matlis, dingin, hujan, ngapain ya?

From: 0857********
Hujan woyy, kamu suka hujan kan?

From: 0877********
Gelap, pasti doamu :@

        Entah kenapa, pesan mereka begitu berarti untukku. Yaa untukku yang nyaris depresi benar-benar merasa disadarkan kembali kedunia ini. Sebenernya kalimat mereka tidak special, tidak romantis, dan tidak lucu. Tapi cukup membuatku damai dan tenang. Entahlah, mungkin semacam pentransferan energi yang kasat mata.



-belum end-

@DearestSukma
©sukmaGR34T