Cita-cita adalah keinginan yang ingin kita raih dimasa depan.
Cita-cita pada akhirnya terjadi dengan 2 pilihan, yang pertama cita-cita itu
akan menjadi kenyataan dan yang kedua cita-cita itu hanya akan menjadi harapan
belaka.
Siapa sih yang ngga punya cita-cita?
Kayaknya udah dari TK bahkan PlayGroup kita diharuskan memiliki
cita-cita. Dulu para guru selalu bilang “Gantungkan
cita-citamu setinggi langit”. Kita juga dibolehin memiliki cita-cita
yang beragam. Anak kecil kalo ditanya soal cita-cita biasanya jawabnya kalo
ngga jadi Dokter, Guru, ya Presiden. Ngga ada yang pingin jadi tukang
odong-odong, ngga ada yang pingin jadi pengamen, ngga ada yang pingin jadi
notaries, bahkan walikota juga gada yang kepingin.
Pemikiran manusia
selalu berubah seiring berubahnya usia. Cita-cita seseorang juga bisa berubah
sesuai keadaan dan kesadaran masing-masing. Semakin dewasa kita semakin sadar
akan apa yang ingin kita raih. Disini kita ngga pingin cita-cita Cuma jadi
khayalan, karena itu kita memiliki pertimbangan yang ngga gampang. Mulai dari
pertimbangan biaya, kemampuan, dan kondisi lingkungan.
Membuat cita-cita emang gampang, tapi meraihnya untuk menjadi nyata
yang sulit. Sebenarnya cita-cita itu selalu ada, pernah ada orang bilang
“Loh bukannya cita-citamu dulu jadi perawat, kok sekarang malah jadi diplomat?”
mungkin orang itu nulis cita-cita secara formal adalah perawat, tapi ngga ada
yang tau kan kalo dia udah nulis kata diplomat dihatinya. Orang itu bisa jadi
diplomat karena dia ingin, karena dia memiliki cita-cita.
Semakin dewasa semakin
banyak berpikir. Kalo waktu TK tanpa malu bilang “Cita-citaku jadi Presiden”
atau “Cita-citaku jadi ketua BUMN”, tapi sekarang kalo mo bilang soal cita-cita
mesti harus mikir dulu. “Cita-cita yang
nyata dong, liat sama keadaan.” Itulah suara hati entah dari telinga kanan
atau kiri. Yang jelas ketika kita masih nyebutin cita-cita diatas biasanya
temen-temen bakal ngeledekin mulu. Mulai dari yang ciee-cieein sampe yang
ngejek “Cita-cita tinggi banget sih, jatoh itu sakit loh.” “Eh jadi gituan tuh kuliahnya aja nyampe
200juta, mana mampu dia,” “Kebanyaken
ngayal.”
Kebanyakan kita bakal ngindarin komentar-komentar pedes itu. Makanya
buat formalitas biasanya nulis cita-cita yang ngga terlalu jauh, meskipun
khayalan tetep ada.
Berarti udah ngga ada
lagi dong cita-cita setinggi langit?
Ada. tetep ada, bahkan abadi didalem hati kita masing-masing. Kita hidup ngga kayak mimpi yang
sepotong-sepotong, tapi apa yang kita lakuin sekarang sangat nentuin masa depan
juga. Kita diajarin punya cita-cita
ngga Cuma buat jadi pemimpi melainkan biar kita bisa mewujudkan atau memprogram
apa yang mau kita raih. Ketika
kita tau apa yang ingin kita raih, maka kita juga akan tau bagaimana cara
meraihnya,
Waktu upacara HUT RI
68 di SMA N 1 Karanganyar tercinta, pak kapsek kemaren bilang gini, “Gantungkan cita-citamu setinggi tanah.
Kenapa? Karena tanah adalah tempat kaki kita berpijak yang paling tinggi. Bukan
langit, sebab cita-cita setinggi langit hanya akan ngambang.”
Ada benernya juga sih,
Cuma yang membingungkan apa bedanya cita-cita setinggi langit dan setinggi
tanah? Trus mana yang termasuk dalam kategori setinggi langit dan setinggi
tanah? #gapenting *cut*
Sekarang katanya
banyak gitu orang-orang yang kuliah asal ambil jurusan yang keliatannya keren,
padahal nantinya gatau mo jadi apa. biasanya itu karena ngga tau cita-citanya
apa, atau malah efek cita-cita setinggi langit? Cuma Allah yang tau :)
Cita-cita itu emang
abstrak, ngga ketebak, kadang nyeleneh, dan adanya dihati. Makanya, kita bisa
nulis apapun cita-cita kita meskipun
kata orang terlalu mimpi. Tapi kalo kita yakin kita bisa kenapa ngga
diperjuangin?
Selamat buat yang udah memiliki cita-cita dan semangat buat yang
belum mantap sama cita-citanya *kayak aku*.
“Hidup kita
emang masih panjang, tapi setiap detiknya ngga bisa diulang. Percayalah
penyesalan adanya dibelakang.” – Sukma w. ,17 tahun
@DearestSukma
©SukmaGR34T