Tema : Pengaruh Cita-Cita Terhadap Cara Belajar
Tujuan : untuk mengetahui seberapa besar usaha siswa
dalam menggapai cita-citanya.
Cita-cita adalah impian
yang ingin diraih seseorang dimasa yang akan datang. setiap orang memiliki
mimpinya masing-masing untuk menentukan apa yang kelak ingin mereka
dapatkan. Menentukan cita-cita
sebenarnya tidak mudah, kita harus melihat minat dan bakat yang kita miliki. karena
dengan mengetahui minat dan bakat, semakin mudah kita tau mana yang kira-kira
bisa kita raih. Agar cita-cita itu tidak hanya menjadi hayalan belaka.
Siswa SMA N 1
Karanganyar khususnya kelas XI IPA 2 sebesar
80,7% sudah memiliki cita-cita, sedangkan 16,1%nya tidak memiliki
cita-cita, dan 3,2% tidak memiliki cita-cita sama sekali. siswa yang memiliki
cita-cita 6,25% ingin menjadi dokter, 56,25% ingin menjadi guru, 25%
berwiraswasta, dan 12,5% memiliki cita-cita lainnya.
Dalam menggapai
cita-cita setiap siswa memiliki caranya masing-masing. 57,1% dengan cara tekun
belajar, 22,9% dengan bermodalkan yakin dan percaya diri, 14,3% sudah optimis,
sedang 5,7%nya tidak peduli. Sebenarnya keberhasilan dalam meraih cita-cita
tidak ditentukan oleh belajar saja, tapi juga pengalaman. Pengalaman member
kita pelajaran untuk memperbaiki yang telah terjadi. Sehingga ada 46% siswa
yang memilih cita-cita karena pilihan orang tuanya. 13,5% karena nillai
dibidang itu yang tertinggi, ada juga yang telah yakin sebanyak 32,4% karena
keinnginan sendiri, lalu 8,1% mengikuti teman-temannya. Bagi 16,2% siswa
cita-cita mereka sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki, 3,2% menganggap tidak sesuai, 51,6% lumayan
sesuai, dan 29% berpendapat sedang.
Impian tidak selalu
terwujud, ada banyak kemungkinan yang bisa terjadi didunia ini. Ada 6,5% siswa
yang yakin cita-citanya akan tercapai, 41,9% cukup yakin, 45,1% tidak terlalu
yakin, dan 6,5% tidak peduli dengan cita-citanya. Sebesar 3,2% akan berputus
asa jika cita-citanya tidak tercapai, 64,5% akan berusaha lagi sampai impiannya
terwujud, 6,5% tidak akan melakuakan apapun, sebesar 25,8% siswa yakin bahwa
kesuksesan bisa diraih dengan jalan apapun, itulah yang membuat mereka lebih
memilih berganti cita-cita asalkan mendapat kesuksesan.
Sekolah mengajarkan
kita untuk menggantungkan cita-cita setinggi mungkin. sebanyak 3,2% telah
memiliki cita-cita sejak TK, 9,7% sejak SD, 45,2% sejak SMP, lalu 41,9% sejak
SMA. Motivasi adalah hal mendasar yang membuat kita melakukan sesuatu, karena
kita bertindak pasti ada alasannya. Orang tua bagi 43,2% siswa adalah motivasi
dalam mimilih cita-cita, 27% berasal dari teman-temannya, 24,3% dari tokoh
idola, 5,4% berasal dari orang yang spesial. Menurut 29% siswa pengaruh
motivasi sangatlah besar, 45,1% menyatakan memiliki pengaruh 50%, 19,4%
menganggap pengaruhnya hanya 25%, sedang 6,6% merasa motivasi tidaklah
berpengaruh.
Keluarga merupakan
komponen terpenting dalam sikap dan pilihan siswa. Sebanyak 45,1% siswa merasa
orang tuanya member dukungan terhadap
cita-cita pilihannya, 6,6% orang tua tidak memberikan dukungan, 3,2% orang tua
acuh tak acuh dengan cita-cita putra putrinya, dan 45,1% orang tua biasa saja.
Bentuk dukungan yang diterima 43,2% siswa dari orang tua adalah dengan memberikan
fasilitas yang memadahi, 5,4% dimanjakan dengan uang, 46% siswa diikutkan
bimbingan belajar oleh orang tuanya, sedang 5,4% siswa tidak diberi apapun.
Belajar adalah salah
satu cara untuk mewujudkan cita-cita, dengan belajar kita menjadi selangkah lebih tau dari yang
tidak belajar. Bagi sebagian orang belajar adalah kewajiban, namun tak bisa
dipungkiri jika mayoritas siswa menganggap belajar adalah beban. Meski demikian
pada akhirnya siswa tetap memilih belajar.
Sebanyak 19,4% siswa
menggunakan waktunya selama 5 menit untuk belajar dirumah,29% selama 1 jam,
25,8% selama 2 jam, dan 25,8% siswa belajar dengan tidak menentu. Selama
dirumah 62,5% memilih menggunakan kamar sebagai tempat belajar, 12,5% memilih
diruang tamu, 6,2% lebih menyukai dihalaman rumah, lalu 18,8% dengan tempat
yang tidak menentu. Sebanyak 6,5% siswa merasa yakin bahwa dengan cara belajar
mereka dapat meraih cita-cita, 41,9% siswa cukup yakin, 45,1% siswa biasa saja,
sedang6,5 % merasa tidak peduli.
Bagi 12,9% siswa dengan
adanya cita-cita prestasi semakin meningkat
meningkat, 6,5% siswa menyatakan prestasinya menurun, 45,1% siswa
prestasinya tetap, 35,5% merasa prestasi mereka biasa saja. Tentunya setelah
cita-cita berhasil tercapai, ada beberapa hal yang ingin dilakukan. Sebanyak
15,6% siswa memilih berkeluarga, 56,2% siswa ingin membehagiakan orang tua
dahulu, 15,6% siswa akan membangun rumah, 15,6% siswa memilih melakukan banyak
hal sekaligus.
Dengan begitu dapat
dipastikan bahwa masih banyak siswa yang memiliki cita-cita tanpa tau bagaimana
cara meraihnya.
Post a Comment