sukma w.


Belakangan ini temen-temenku lagi kena sindrom yang sulit untuk diatasi. Kalau penyakit down syndrome fisioterapi masih bisa membantu menangani. Tapi kalo kenanya sindrom pingin nikah, fisioterapi bisa apa ? :D
 
haha


Ngga Cuma satu dua orang yang cerita tentang nikah-nikahan, tapi masih dalam tahap wajar. Entah apa Cuma perempuan doang yang suka cerita-cerita tentang nikah padahal belum nemu jodohnya, atau laki-laki juga sama. Tapi aneh juga sih kalo laki-laki cerita pingin nikah, kan tinggal temuin aja ayah calonnya wkwkwk.


Sebenernya sih ceritanya sambil becanda-becandaan, masa-masa sekarang yang udah ngga pantes dibilang ‘masih kecil’ tapi ngga terima kalo dibilang ‘udah besar’. Meskipun bulan depan usiaku tepat 20tahun 1bulan, tapi belum besar tapi juga bukan anak kecil.


Kalo lebaran sekarang-sekarang ini paling-paling  ditanyain semester berapa? Kuliah dimana? Jurusan apa? Dan yaa pokoknya masih berhubungan tentang pendidikan, sampai ke wisudanya kapan?


Ketika aku ditanya wisudanya kapan? Dengan PDnya jawab “tahun depan” aamiin.
Nantinya setelah wisuda pasti akan ada pertanyaan lain saat lebaraan. Kerja dimana? Kerjanya gimana? Gajinya gimana? Sampai pada mana calonnya?


Pertanyaan “kapan nikah?” kata orang merupakan salah satu kalimat yang paling sensitif.
Tapi setelah nikahpun pertanyaan dikala lebaran ngga akan berhenti, akan ada pertanyaan “kapan isi?” setelah punya dua anak pun tetap ada pertanyaan “kapan dikasih adik lagi?”


Pertanyaan basa-basi itu ngga akan pernah selesai. Karena sifatnya yang mengembang terus. Jadi ngga perlu risih sama pertanyaan macam “kapan wisuda” atau “kapan nikah”.

Karena saat lebaran ngga akan ada pertanyaan macam “bagaimana mekanisme TENS dalam menghambat nyeri?”  atau “kenapa elektroda positif di proksimal dan elektroda negative di distal?” ngga ada, yakin deh. Kalo ada palingan juga modus minta di fisioterapi gratis wkwkwk.




Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.

Semangat ^^ (3 : 139)

0 Responses

Post a Comment