Rumah bercat putih dengan dinding berlumut dan
banyak yang mengelupas. Halamannya sepi, bahkan terkesan kosong. Tidak ada
mawar, tidak ada anggrek, ataupun melati. Hanya pohon-pohon besar dan tak terawatt
yang tumbuh. Pagar besinya yang berkarat menimbulkan kesan tersendiri bagi
rumah itu.
Rumah bergaya Belanda yang memiliki pintu dan
jendela besar. Diterasnya terdapat meja kursi kuno, diatas meja tergeletak satu
set peralatan minum yang antik namun dipenuhi dengan debu dan sarang laba-laba.
Meski terletak ditengah kota, rumah ini tak terawatt
dan tak diketahui pemiliknya. Mulanya banyak orang yang ingin menggunakan atau
mengalih fungsikan rumah ini, namun hal-hal tak terduga membuat mereka
mengurungkan niatnya. Dan sampai saat ini belum ada orang yang berencana
menempatinya.
****
Sekumpulan anak smp baru saja pulang sekolah,
mereka berjalan beriringan sambil diselingi tawa. Tiba-tiba langkah mereka
terhenti tepat didepan rumah besar bercat putih pucat.
“hey ada yang berani masuk rumah ini?” Tanya salah
seorang dari mereka
“ngapain sih Ren, kayak kurang kerjaan aja,”
sahut Fino
“Iya ngapain sih,” sahut teman yang lain
Rendi mengibaskan tangannya, “Alahh bilang aja
kalian takut, huuu dasar cemen!”
“tapi kan . . .”
Fino bermaksud mencegah teman-temannya, tapi sepertinya tidak berhasil
“Dasar cemen lo..” tuding Rendy disertai tawa
teman yang lain
Karena bujukan yang terkesan meledek, juga rasa
penasaran akan rumah tersebut akhirnya Fino menyanggupi dan ikut masuk.
Rendy menengok kanan dan kirinya, memastikan
tidak ada orang yang melihat. Kemudian ia mulai mendorong pagar besi tersebut.
‘drrrrettttttt….’
Suara yang menandakan pagar tersebut jarang
disentuh bahkan dibuka terdengar berat.
-to be continue-
@dearestSukma
©sukmagr34t
Post a Comment