sukma w.

Daun yang jatuh dan tertiup angin, bagaimana caramu kembali?
Masih bisakah?
Ketika rantingmu pun sudah hilang entah kemana.
Daun, kenapa ranting itu melepaskanmu?
Kenapa mereka membiarkanmu terjatuh dan merasakan sakit sendiri?
Daun, benarkah kamu tidak membenci ranting dan angin yang membuatmu tergeletak sendiri?
Lalu bagaimana caramu bertahan?
Bagaimana jika kamu terinjak-injak?
Atau bahkan terbakar tanpa sisa?



Broken home sekarang udah marak di sekitar kita, apalagi artis-artis. Tiap nikah-cerai selalu nongol di TV setiap pagi siang malam, sudah seperti hidangan wajib bagi pemirsa dirumah. Maka sudah menjadi hal yang tidak asing lagi ketika kita melirik orang terdekat kita ternyata korban broken home.


Banyak artikel yang membahas tentang dampak dan efek broken home bagi anak maupun orangtua itu sendiri. Yaa seperti obat yang menghilangkan rasa sakit, selalu ada efek sampingnya.


Ketika mereka –orang tua– mencari kebahagiaan mereka sendiri, sebagai anak bisa apa? Menjalaninya dengan senyuman? Menangis untuk meratapinya? Atau justru memberontak?

Semua orang bebas mengekspresikan rasa tidak puasnya atas hidup yang mereka jalani. Menyusun kembali bongkahan hati yang tidak utuh lagi. Berharap mentari esok lebih cerah hingga harapan baru bisa muncul kembali.


Dampak dan efek anak broken home sebenarnya berbeda-beda. Tergantung pada kematangan emosi dan cara penyampaian orang tua dalam memberi pengertian pada sang anak. Meski begitu kebanyakan media-media menitik beratkan pada dampak negatifnya saja, sehingga anak bh terkesan benar-benar negative dimata masyarakat.


Salah satu dampak yang paling terlihat memang sifatnya yang ‘pemberontak’ , ada pemberontak ke negatif dan ada yang ke positif.

Apalagi jika orang tua pernah bercerita jika dulu mereka sempat enggan memiliki anak.
“Dek dulu sebenarnya ibu belum siap punya anak. Apalagi ayah kamu, dia itu.. bla.. bla.. bla..”
Ada anak yang akan merespon cerita si ibu itu dengan pemikiran bahwa ternyata orangtuanya saja tidak menginginkannya lahir didunia. Jadi untuk apa dia bersusah payah belajar dan melakukan hal-hal baik lainnya, sedangkan tidak akan ada yang peduli padanya.
Tapi ada pula anak yang akan berpikir bahwa semua ini ada karena takdir. Mungkin orangtuanya tidak mempedulikannya, namun dia akan tetap belajar dan melakukan hal-hal baik lainnya supaya kelak orang tuanya tidak menyesal dan justru malah bangga karena telah melahirkannya kedunia.


Berbeda sudut pandang ternyata memang dapat menimbulkan efek yang fatal. keluarga merupakan pendidikan pertama seorang anak. Hampir semua orang tua di dunia ini berhrap dapat melihat anaknya sukses.

Sebaliknya orangtua yang memilih brokenhome pun seharusnya tetap peduli pada pertumbuhan dan perkembangan si anak. Jika anak tersebut ikut ayah, sebaiknya sang ayah dapat mengcover peran ibu pada anaknya. Sebab kehilangan sesuatu yang masih dapat dilihat kadang lebih berat daripada kehilangan sesuatu yang benar-benar hilang.

Ada saat diamana si anak bingung dengan hidupnya sendiri. Dia  mulai bertanya-tanya siapa yang benar-benar menyayanginya? Siapa yang benar-benar menginginkannya? Dia mulai ragu dengan orang-orang disekelilingnya, mulai merasa sendiri.
Semua orang punya masalahnya sendiri, menjadi anak BH pun berbeda-beda alasannya. Ketika bersama salah satu orang tuanya, ia akan bercerita bagaimana mereka dengan versi yang berbeda-beda. Kadang anak akan bingung versi manakah yang benar-benar terjadi? Siapa yang harus ia percaya?



Namun yang harus diingat,
Broken home bukanlah akhir dari hidup, ini adalah salah satu pembelajaran dalam hidup.


Kehilang namun tidak benar-benar hilang. Ada namun tak tersentuh.

0 Responses

Post a Comment