sukma w.

Awan yang mendung tanpa hujan. Cuaca ini lebih gelap dari biasanya, tapi hujan tak juga turun. Aku terpaku menatap dunia luar dibalik jendela kamarku.
“Ahh andai saja hari ini hujan,” gumahku sengau
    Aku terduduk ditengah kamar, mencoba menenggelamkan diri dengan buku ditanganku. Namun usahaku jelas sia-sia, buku ini malah membuatku tambah tersiksa. Bagiku akhir dari cerita seseorang adalah kematian, lalu apakah ada kematian yang menyenangkan? Jadi apa masih adakah Happy Ending?
    Ya, aku tidak percaya dengan happy ending. Karena nyatanya aku benar-benar tak yakin akan merasakannya.
    Kebencian, pengkhianatan, penipuan, dan dendam. Rasa itu menyatu dalam diriku, mengeruak ingin keluar dari raga ini. Tapi untung saja kesadaran ini tau bagaimana cara memperlakukan dunia. Well, aku bukan alter ego. Diriku satu dan aku sadar, hanya saja kadang ada rasa aneh yang muncul ketika aku tak mampu menahan rasa yang terkubur ini.
    Huffh,aku mencoba menghapusnya. Tapi ternyata aku tak mampu,  semua rasa ini nyatanya hanya terkubur. Suatu saat nanti ketika entah kapan pasti ia meminta keluar dari dalam sini. Karena lama-kelamaan semua ini pastilah sudah tak mampu untuk dikubur. Tidak muat, karena tempat ini telah penuh dengan ribuan rasa.
    Pernah aku mencoba menceritakan rasa yang berada jauh dibawah ini dengan orang yang menamakan dirinya ‘teman’. Tapi seperti yang semua orang tau, aku tak akan mampu. Bersama mereka, aku tau apa yang namanya tertawa. Dan aku tidak ingin merusak suasana itu dengan ceritaku yang mengharu biru dan benar-benar tidak lucu.
    Aku seperti angin, tak ada yang tau kapan aku dating dan kapan aku pergi. Namun aku tidak peduli. Aku hanya ingin semua orang merasakan kehadiranku. Apa aku egois? Mungkin. Tapi sekali lagi, aku tidak peduli.
    Sebenarnya aku mencintai dunia. Sangat! Aku menikmati setiap warna yang berlalu dimataku. Menikmati setiap cahaya yang kadang menyilaukan penglihatanku. Menikmati setiap tanah yang kadang menggores kakiku. Juga menikmati angin yang bisa membuatku membeku ditempat. Dan….. yahh hidup tidak terlalu buruk.
    Tapi mungkin hidup akan benar-benar buruk ketika kau mengeluhkannya pada orang lain. Kau tau, mereka takkan bisa membantumu. Mereka hanya orang yang tersenyum saat melihatmu kesusahan. Percayalah!
    Hahaha kau tau, ada orang-orang yang menganggapku gila. mereka bilang aku terlalu senang tertawa bahkan untuk hal-hal yang tidak perluditertawakan. Hei dunia ini konyol teman, suatu saat nanti mungkin kau akan lupa caranya tertawa.
    Malam….
     Saat mentari menghilang
     Itulah malam
     Meski tanpa bulan dan bintang
     Namun selalu membawa kedamaian
     Malam….
     Saat beda tak lagi ada
     Semua sama
     Hanya hitam dan gelap
     Laksana sebuah keabadian
     Malam….
     Saat tak banyak yang dilakukan
     Semua orang berdamai
     Menerima dan menjalani kenyataan
     Menunggu sepercik harapan

    Aku kembali melangkah menuju jendela. Langit sudah benar-benar gelap, yahh.. sepertinya malam tlah menyapa dan, lihat…. Ada butiran-butiran kecil yang jatuh dari langit.
    Aku suka malam
     Saat beda seakan sirna
     Apalagi hujan diwaktu malam
     Hingar bingar dunia pun hanyut oleh hujan
     Hingga keluhku tak terdengar
     Tenang… dan tenang…

    Aku tersenyum tipis. Mencoba mengabaikan suara gaduh diluar kamar. Tapi nyatanya menutup telinga tak semudah menutup hidung. Sekeras apapun kucoba tetap saja samar-samar kudengar keributan itu.
    Sebenarnya aku tau apa yang menjadi pokok keributan. Aku! Ya, akulah tokoh utamanya dimana setiap jengkal yang kutemui hanya luka.
    Kali ini hujan turun dengan derasnya, dihiasi kerlipan petir yang memecah malam. Bunyinya yang menggelegar seakan menandakan kemurkaan alam.
    Aku suka, sangat suka mala mini.meski diluar kamarku suara-suara itu masih terdengar tapi setidaknya kali ini hujan bisa menyamarkannya. Ah ya, tambah satu lagi. Mati lampu!
    Benar-benar menyenangkan. Malam ini aku tak perlu menutup muka dan telingaku. Karena tangisku tak akan terdengar dan muka berantakanku tak akan terlihat.
    Malam, gelap. Rasanya tak ada lagi perbedaan didunia ini. Semua yang terlihat sama dan itu menyenangkan. Rasanya seperti inilah kelak tempat akhir semua orang  kembali.
    Hahaha aku merasa hidupku kali ini wajar. Huh tapi tentusaja semua ini tak akan lama. Jika nanti hujan berhenti dan lampu kembali benderang atau matahari dating dengan setia menyinari diatas sana maka saat itu pula hidupku kembali. Suara dibalik kamar kan menerobos masuk dan tentusaja luka itu kan semakin dalam.
    Tiba-tiba ponselku berkedip menandakan ada pesan masuk. Rasanya hatiku ngilu, aku masih mempunyai orang yang bernama ‘teman’. Kadang mereka terasa sangat perhatian, hingga rasanya aku lebih ingin hidup bebas diluar sana daripada mendengar celotehan tentang diriku yang selalu diposisi salah.
    Andai saja aku tak memikirkan masa depan. Atau andai saja masa depanku tak pernah ada. Mungkin aku memilih pergi dari lingkaran setan ini. Memilih berjalan jauh dan jauh dari semua rasa. Tapi bisa ditebak, aku takut! Aku takut dengan masa depanku, aku takut denghan hari esok yang entah ada atau ngga. Aku hanya ngga pingin masa tuaku dihabiskan dirumah kardus, menjadi gelandangan, atau dibawah kolong jembatan. Lalu mayatku akan dikubur disembarang tempat hingga tak berbekas, atau malah mayatku hanya akan dihanyutkan disungai? Ngga. Aku ngga pingin semua itu terjadi. Aku Cuma pingin semua orang kan mendoakanku ketika aku mati nanti. Ya sesederhana itu.
    Bibirku tertarik lagi, membentuk seulas senyum tipis.

From: 0858********
Matlis, dingin, hujan, ngapain ya?

From: 0857********
Hujan woyy, kamu suka hujan kan?

From: 0877********
Gelap, pasti doamu :@

        Entah kenapa, pesan mereka begitu berarti untukku. Yaa untukku yang nyaris depresi benar-benar merasa disadarkan kembali kedunia ini. Sebenernya kalimat mereka tidak special, tidak romantis, dan tidak lucu. Tapi cukup membuatku damai dan tenang. Entahlah, mungkin semacam pentransferan energi yang kasat mata.



-belum end-

@DearestSukma
©sukmaGR34T
0 Responses

Post a Comment