“Maju! Maju! Shaf depan itu masih kosong. Ayo cepet! Udah gede
mintanya disuruh-suruh terus!!”
Dengan malas aku, Vika, Nadya,
dan Dea memboyong sajadah kami menjadi didepan. Kami udah hafal dengan bu
Nunung yang sering menyuruh mengisi shaf depan yang masih kosong. Katanya pahala
shalat dishaf depan lebih banyak, sebab lebih khusyuk. Tapi tetap saja kami
enggan maju sebelum dipaksa, karena kalo dishaf depan itu rasanya ngga bebas.
“Nad geser dikit dong,” kataku sambil menyela diantara
Nadya dan Dea
“Sempit Tasya!” seru Nadya
“De geseran,” pinta Vika
“Kamu aja deh yang sebelah sini,” sahut Dea
“Dea aku kan lebih tinggi, ngga enak lah deket situ,” keluh
Vika
Tanpa sadar
Nadya yang paling dekat tembok mendorongku, aku jatuh terdorong menimpa
punggung Dea. Dea yang tidak siap dengan insiden ini pun ikut terjatuh mengenai
Vika. Sedangkan Vika yang kaget lantas menjerit.
“Aaaaaaaaaaaa,” treiak kami serempak
Sekarang bu
Nunung sudah ada didepan kami dengan muka sangarnya. Nadya meremas jemarinya
sendiri, Dea menggigit bibir, Vika menepuk mulutnya dengan tangan, dan aku
menunduk dalam-dalam.
“Sssssttt ini masjid, bukan pasar. Tempatnya buat ibadah. Kalo
mau berisik diluar aja sana!” semprot bu Nunung
Kami terdiam
“Mau berisik lagi ngga?” Tanya bu Nunung galak
“Ngggaaaaaaaaa” jawab kami kompak
Setelah menegur
kami bu Nunung kembali ke shafnya lalu menjalankan shalat sunnah. Sedangkan kami
hanya duduk diam menungggu iqamat.
****
Suasana masjid
Ramadhan kali ini terasa berbeda. Kini kami tidak lagi menunggu dipaksa untuk
mengisi shaf depan. Lagi pula sekarang tidak ada lagi orang yang akan
memaksanya. Bu Nunung telah kembali ke Rahmatullah sehari sebelum Idul Fitri
tahun lalu. Sungguh tidak ada yang menduganya.
“Depan Sya,” ujar Dea
“okehhh,” Tasya berjalan mendekati Dea, “Nadya mana?”
“Tuhh di Shaf pertama,” sahut Vika sambil memakai mukenanya
“wah kalo gitu kita ikutan yukk, masih muat tiga kok,” usul
Dea dengan semangat
“hayukkk,” Tasya dan Dea agak berlari untuk berebut shaf
pertama
“eeeey tungguin! Aku belum pake mukena nihhh..” seru Vika,
ia mengejar Tasya dan Dea masih sambil memakai mukenanya.
The End
©sukmaGR34T
@dearestSukma
Post a Comment