Takdir
memang tidak selalu sesuai dengan harapan kita.
Sekuat
apapun kita berusaha dan sekeras apapun kita sudah berdoa.
Kita
tidak perlu menyesali atau merutuki semua yang telah dan sedang terjadi.
Bukankah
semua orang tau bahwa orang yang pergi berperang ada yang menang dan ada yang
kalah ?
Jika
mereka yang berjuang sedemikian besarnya untuk membela bangsa dan negara saja
bisa mati, bahkan mereka semua bisa kalah.
Padahal
mereka selalu berusaha.
Padahal
mereka selalu berdoa.
Dan
padahal apa yang mereka perjuangkan adalah demi kepentingan bersama.
Lalu
masih pantaskah kita mengeluh dengan sebuah hasil akhir dari perjuangan kita
dan untuk diri kita sendiri.
Tidakkah
kita begitu egois ?
Kadang suka malu
sendiri kalo baca-baca postinganku dijaman-jamannya internet baru booming. Ngga
cuma tulisannya yang alay bikin sakit mata tapi juga pemilihan katanya. Tapi
berasa sayang aja kalo mau dihapus. Lagian cuma orang-orang yang beneran niat
baca aja kan yang mau klik link ini hehe
Jadi aku suka
certain hal-hal ngga jelas. Dan saat sadar ada yang komen tiba-tiba malu
sendiri. Apalagi kalo komennya pas ketemu langsung gitu, ngeselin.
Semua orang punya
masalah masing-masing.
Secara alamiah kita
pun bisa melihat masalah orang lain.
Tujuannya bukan
agar kita menilai orang lain
Tapi agar kita
sadar, kita ngga sendirian
Ada yang lebih
menyakitkan
Dan ada yang jauh
lebih menyakitkan
Hidup seringnya
menyimpang dari keinginan.
Lalu kita mengeluh
dan protes tentang ini dan itu.
Bertanya-tanya..
Kenapa begini ?
Kenapa begitu ?
Ini salah siapa ?
Kenapa harus aku ?
Aku suka nonton
film atau drama dengan genere criminal action. Suka aja liat cara mereka
bertahan hidup dalam cerita itu atau alat-alat canggih dengan sistem IT yang
mampu menembus ruang, jarak, dan waktu. semuanya terstruktur, hebat.
Suka juga baca-baca
novel yang berakhir bahagia. Seolah Tuhan selalu menyertai langkahnya, entah
gimanapun awalnya yang pasti akan berakhir indah.
Yang suka nonton film
dan baca novel pasti pernah berharap jadi salah satu tokoh dalam cerita
tersebut. Penulis dan sutradaranya memang hebat membawa kita terbawa suasana.
Padahal penulis dan
sutradara kehidupan kita jauh lebih hebat loh. Dialah yang Memiliki kerajaan
langit dan bumi.
Jadi kenapa kita
masih ragu dengan sekenario Nya ?
Menebak-nebak akhir
dari cerita kehidupan diri sendiri. Lalu dengan beraninya membanding-bandingkan
dengan sekenario yang lainnya.
Perlunya kita
memandang segala kejadian dengan berbagai sisi. Karena ada kalanya hidup itu
saling berkesinambungan. Sadar atau tidak, keberadaan kita didunia ini sungguh
berarti. Bahkan ketika kita hanya sekedar bernapas pun kita sudah melakukan
suatu hal baik. yaa.. kita sudah melakukan hal yang berguna.
Hal berguna yang
paling sederhana. Itulah kenapa manusia dilarang berputus asa sampai hilang
nyawa. Sebab tumbuhan masih membutuhkan CO2 dari sistem pernapasan manusia.
wkwkwk :D
Satu keputusan yang
kita ambil dapat berpengaruh pada seseorang bahkan sekelompok orang, baik yang
kita kenal maupun tidak. Secara sengaja atau kebetulan manusia saling
berhubungan antara satu masalah dengan masalah yang lainnya. Antara masalah
satu orang dengan masalah orang yang lain.
Itu dapat menjadi
alasan kenapa dalam riwayat disebutkan bahwa barang siapa yang mempermudah
kesulitan orang lain, maka Allah ta’ala akan mempermudah urusannya di dunia dan
akhirat. (HR. Muslim)
Saat kita mengeluh
dengan ketentuan dari Sang Kuasa, sebenarnya ada rahasia besar yang tidak bisa
kita lihat hanya dari satu sisi. Kalopun kita tidak bisa melihat dari sisi-sisi
yang lainnya, kita bisa coba dengan ber-husnudzon.
Misalnya saat dulu
aku sempet pernah ikutan seleksi olimpiade buat wakilin univ. waktu itu tesnya
jawab cepat dari sekitar 27 atau 29 orang gitu aku lupa. Kemudian diambil 10
orang diminta presentasi tentang suatu kasus. Kebetulan aku termasuk 10 orang
itu. Lusanya pengumuman yang bakal mewakili univ gitu kan. Dan ternyataaaaaa
diambil 9 orang. Yaaa kamu pasti tau siapa satu orang tersisa sendirian itu.
Kok kzll ya. Kenapa ngga dari awal aja langsung diambil 9 orang. Apasih
pentingnya 1 orang itu ? berasa paling bego gitu kan ?
Cuma kemudian aku
pikir-pikir lagi sepertinya apa yang terjadi padaku itu berhubungan juga sama
diriku (yaiyalah) dan bahkan orang lain. Meski sampai sekarang masih ngga
ngerti, tapi mikir positif aja. Kalo aja saat itu langsung diambil 9 orang maka
ngga akan ada presentasi. Kalo aja yang diambil lebih dari 10 orang maka
presentasi akan panjang. Jadi mikir positifnya adalah kalo aja ngga ada
presentasi maka dosen dan teman-teman akan pulang cepet, mungkin aja
dimenit-menit presentasi ke 10 itu sebenernya akan ada kecelakaan yang ngga
terelakkan, tapi karena presentasi sialan ini mereka telat pulang dan masih ada
dikampus. Sehingga semua masih selamat kecuali satu orang itu yang
perasaannya gak selamat hahaha (ini sih pemikiran positif versi kebanyakan
nonton film)
Atau ketika tahun
lalu aku tiba-tiba kena bronchitis. Tepatnya dibulan-bulan waktu diadakan itu
loh Fikishu (Fisioterapi Ranking Satu) yang diadakan dari jurusan. Beberapa
bulan itu aku ngga bisa lepas masker. Jadi kebawa sampe sekarang sih kalo keluar
kos pake masker terus, khawatir karena saat rontgen itu doker paru bilang ada
bekas lukanya diparu. Padahal aku ngga liat ada yang luka atau ada yang aneh
-__-
Kembali mikir
positif dan aku mikir kemungkinan terringan. Mungkin mbak-mbak coass nya lagi
butuh pasien bronchitis, jadi aku muncul buat bahan laporan. Ini pemikiran
positif versi orang yang masih kepikiran tugas akhir. Karena pas nyusun TA
kemarin sebenernya nyari kasus ini tapi ngga nemu, jadi move on ke pneumonia.
Sehingga aku dapet penguji hebat seperti mereka. Yahh semua saling berhubungan.
Atau ketika aku
kena Tinnitus sejak di Surabaya. Hari-hari yang biasanya sepi jadi agak rame
haha. Sampai akhirnya ganti 4 dokter, 2 dokter umum dan 2 dokter THT. Tetep
berusaha mikir positif dengan 4 kemungkinan berbeda. Pasti ada alasan kenapa
aku harus menemui dokter-dokter itu kan ? misalnya saat di dokter keluarga,
sebenernya dokterku perempuan tapi kebetulan beliau ada workshop jadi diganti
sama dokter mas-mas gitu. Tinnitus termasuk kasus jarang di dokter keluarga,
jadi mungkin bisa buat belajar mas dokternya. Atau internetnya yang lelet saat
buat rujukan bikin aku lama didalem liatin dokternya #ehh (ini mikir positif
versi mahasiswa jomblo).
Kenapa ganti-ganti
dokter spesialis ? karena yang pertama itu pake askes, dan dapet obatnya kurang
sesuai. Keluhannya apa, obatnya apa. Jadi pindah dokter spesialis, dan dokter
ini ngasihnya emang sesuai. Obatnya cocok sama keluhan, tapi harganya
subhanallah.. satu obatnya satu strip 150.000 dan itu bisa dipake buat 5 hari.
Bayangin sebulan udah 600rb satu jenis obat. Sesuatu sekali.
Tapi ngga lama sama
dokter spesialis ini aku tumbang dengan diagnosa yang berbeda. Seperti yang
udah aku tulis disini.
Karena saat itu dapet obat dari dokter Spesialis lain lagi, jadi akhirnya obat
dari dokter THT stop sampe sekarang.
Btw sekerang masih
sama. Sebenernya Cuma agak berisik aja ada bunyi nging setiap waktu, tapi
pendengaran sejauh ini masih baik. ke dokter khawatir kemungkinan terburuk
dimasa depan, meskipun katanya kalo udah lansia semua orang pasti akan ada
gangguan pendengaran.
Berpikir positif..
Saat tumbang karena
thypoid aku justru ngeliat banyak hal yang menarik. Aku jadi tau temen-temenku
sangat baik. saat tau aku sakit, malem-malem langsung ke kosku. Saat tau aku
ngga bisa masuk ada temen yang ngecek nasib tugas akhirku. Saat tau aku masih
opname dan tugas akhir udah acc ada yang repot-repot daftarin sidangku. Atau
sebelum opname saat masih praktek dan temen tau aku sakit mereka bilang “udah
aku aja, kamu duduk aja.” Dan saat senior tau aku sakit mereka justru nyuruh
aku tiduran aja dulu.
Saat melihat
kebelakang, kita akan menyadari bahwa sekenario ini sungguh hebat. Suka atau
tidak suka kita tetap bisa melaluinya.
Meski masa lalu
yang buruk kadang menghantui langkah kita, tapi memikirkan masa depan pun
menakutkan. Entahlah sebenernya hantunya itu ada dimana.
Masa depan yang
masih misteri.
Kadang aku
berpikir, setelah ini apa lagi ? berapa lama lagi ? seperti apa lagi ? dan
bagaimana lagi ?
Setelah ini.. lulus
? wisuda ? kerja ? dimana ? kemana ?
Yaa otakku
bertanya-tanya. Tapi takdir suka tidak terduga, jauh dari jangkauan otakku dan
pola pikirku. Misalnya seperti saat kelulusan SMA dulu, sampai akhirnya ada
disini. Tempat yang sebelumnya belum pernah terjamah otakku. Tempat yang di
pilih seminggu setelah mengetahuinya.
Kita hanya perlu
tetap berusaha, tetap berdoa.
Tidak perlu
memusingkan yang belum waktunya.
Memikirkan boleh,
memusingkan jangan.
Tidak ada yang
menjamin kita tetap berdiri tegak ketika saat itu tiba.
Bahkan kita masih
belum tau apa esok pagi mentari bersinar.
Katanya menjadi dewasa bisa membuat kita tidak tau lagi apa
impian kita.
Karena semakin dewasa akan semakin banyak pertimbangan dalam
setiap keputusan.
Adakalanya dewasa pun membuat kita terfokus pada untung dan
rugi, bukan apa yang membuat kita bahagia.
Pada akhirnya kita hanya melihat tentang apa yang sedang kita
alami.
Menyelami yang terjadi hari ini tanpa berpikir apakah benar
semua keputusan ini adalah apa yang kita inginkan atau bukan.
Semua orang punya
impian bukan ?
Banyak sekali
impian manusia itu. Saat satu impian tercapai akan ada impian-impian lain yang
akan tumbuh subur menyertainya.
Bukankah impian
adalah sesuatu yang bisa membuat kita bahagia ?
Sepertinya tolak
ukur kebahagiaan bisa meningkat atau menurun sesuai dengan keadaan orang yang
memiliki impian tersebut.
“Bermimpilah
setinggi langit, jika engkau jatuh, engkau akan jatuh diantara bintang-bintang”
Kutipan dari
presiden pertama RI sering kita dengar dari motivator-motivator. Setinggi
langit, meski kita tidak tau sebenarnya langit itu seberapa tinggi. Memang
menyenangkan bermimpi tinggi, tapi kadang kita terlalu malu untuk mengakui
mimpi kita yang tinggi. Takut dengan pendapat orang lain tentang mimpi kita.
Mimpi yang tidak rasional, kata mereka.
“10 tahun lagi aku
akan memiliki panti asuhan yang dihuni minimal 100 anak, semuanya tetap akan
sekolah setinggi-tingginya.”
“10 tahun lagi aku
memiliki minimal 50 karyawan, dimana semuanya dapat hidup dengan layak dan
berkecukupan.”
“15 tahun lagi aku
mendirikan sekolah gratis untuk semua anak yang membutuhkan, lengkap dengan
perlengkapan sekolah”
“15 tahun lagi aku
mendirikan pelayanan kesehatan dan masjid-masjid di lebih dari 30 daerah
tertinggal.”
Impian yang
fantastis bukan ?
Pepatah bilang
orang yang paling kaya adalah orang yang paling banyak memberi.
Saat kita baca
impian itu lagi, rasanya impian itu benar-benar berada dilangit. Jauhh.. sangat
jauh. Akan butuh banyak perjuangan dan kesabaran.
Impianku ?
Aku ingin saat
nanti mati dalam keadaan terbaik. Dimandikan, dikafankan, dan dimakamkan dengan
baik. didoakan dengan yang baik-baik. lalu dikenang dengan kebaikan.
Sederhana bukan ?
Sebuah mimpi jangka
dekat.
Bukankah yang
paling dekat adalah kematian ?
Haha sesederhana
itu.
Kau tau ? yang
terlihat sederhana kadang justru rumit.
Serumit saat kita
mencoba berdamai dengan masa lalu.
Bayangkan saat kini
kita sedang mengendarai sepeda motor dijalan yang lurus. Dari kejauhan terlihat
ada fly over, dalam hati kita sudah bertekad untuk melalui jalan tersebut. tapi
saat kita dengan sekuat tenaga mencoba untuk sesuai tujuan kita, justru si
motor berbelok sekenannya. Memilih jalannya sendiri. Berjalan dibawah bayang-bayang
flyover. Setiap hari jalanan yang kita lalui tetap sama, gelap. Semakin hari
semakin jauh kita berjalan dan bayang-bayang itupun terus mengikuti kita.
Siapa flyover ini
sebenarnya ?
Dialah masa lalu.
Kau tau ? saat kita
berjalan lurus.. saat kita sekedar mencoba mengingat masa lalu dalam bentuk
flyover. Saat kita berniat mengingatnya sedikit saja, barangkali ada hal
penting yang bisa kita ambil sisi positifnya. Saat itu.. saat itu.. otak
kitalah yang menolak. Otak kita menolak untuk mengingat semuanya. Sampai
akhirnya kita menganggap semua telah selesai, padahal masa lalu itu masih
menghantui kita. Mengikuti setiap langkah ini.
Mungkin kau akan
bertanya, kenapa ?
Karena
memori menolak lupa, seperti apa rasanya luka.
Katanya saat kita
berani menyceritakan masalah kita itu artinya kita sudah berdamai dengan
masalah tersebut.
Kita pasti punya
masalah yang ngga ingin kita ceritakan. Bukan, bukan karena kita kuat. Tapi
karena kita tidak sanggup untuk menceritakannya. Kau tau ? menceritakan luka
sama saja dengan menggaruk luka itu sendiri.
Dan yaa.. kalopun
tetap ngga sanggup untuk menceritakannya, kita bisa mulai dengan menuliskannya.
Satu yang harus
kita ingat, semua orang punya masalahnya masing-masing.
Post a Comment