sukma w.
Takdir memang tidak selalu sesuai dengan harapan kita.
Sekuat apapun kita berusaha dan sekeras apapun kita sudah berdoa.
Kita tidak perlu menyesali atau merutuki semua yang telah dan sedang terjadi.
Bukankah semua orang tau bahwa orang yang pergi berperang ada yang menang dan ada yang kalah ?
Jika mereka yang berjuang sedemikian besarnya untuk membela bangsa dan negara saja bisa mati, bahkan mereka semua bisa kalah.
Padahal mereka selalu berusaha.
Padahal mereka selalu berdoa.
Dan padahal apa yang mereka perjuangkan adalah demi kepentingan bersama.
Lalu masih pantaskah kita mengeluh dengan sebuah hasil akhir dari perjuangan kita dan untuk diri kita sendiri.
Tidakkah kita begitu egois ?





Kadang suka malu sendiri kalo baca-baca postinganku dijaman-jamannya internet baru booming. Ngga cuma tulisannya yang alay bikin sakit mata tapi juga pemilihan katanya. Tapi berasa sayang aja kalo mau dihapus. Lagian cuma orang-orang yang beneran niat baca aja kan yang mau klik  link ini hehe

Jadi aku suka certain hal-hal ngga jelas. Dan saat sadar ada yang komen tiba-tiba malu sendiri. Apalagi kalo komennya pas ketemu langsung gitu, ngeselin.



Semua orang punya masalah masing-masing.
Secara alamiah kita pun bisa melihat masalah orang lain.
Tujuannya bukan agar kita menilai orang lain
Tapi agar kita sadar, kita ngga sendirian
Ada yang lebih menyakitkan
Dan ada yang jauh lebih menyakitkan



Hidup seringnya menyimpang dari keinginan.
Lalu kita mengeluh dan protes tentang ini dan itu.
Bertanya-tanya..
Kenapa begini ?
Kenapa begitu ?
Ini salah siapa ?
Kenapa harus aku ?



Aku suka nonton film atau drama dengan genere criminal action. Suka aja liat cara mereka bertahan hidup dalam cerita itu atau alat-alat canggih dengan sistem IT yang mampu menembus ruang, jarak, dan waktu. semuanya terstruktur, hebat.
Suka juga baca-baca novel yang berakhir bahagia. Seolah Tuhan selalu menyertai langkahnya, entah gimanapun awalnya yang pasti akan berakhir indah.


Yang suka nonton film dan baca novel pasti pernah berharap jadi salah satu tokoh dalam cerita tersebut. Penulis dan sutradaranya memang hebat membawa kita terbawa suasana.
Padahal penulis dan sutradara kehidupan kita jauh lebih hebat loh. Dialah yang Memiliki kerajaan langit dan bumi.
Jadi kenapa kita masih ragu dengan sekenario Nya ?
Menebak-nebak akhir dari cerita kehidupan diri sendiri. Lalu dengan beraninya membanding-bandingkan dengan sekenario yang lainnya.



Perlunya kita memandang segala kejadian dengan berbagai sisi. Karena ada kalanya hidup itu saling berkesinambungan. Sadar atau tidak, keberadaan kita didunia ini sungguh berarti. Bahkan ketika kita hanya sekedar bernapas pun kita sudah melakukan suatu hal baik. yaa.. kita sudah melakukan hal yang berguna.
Hal berguna yang paling sederhana. Itulah kenapa manusia dilarang berputus asa sampai hilang nyawa. Sebab tumbuhan masih membutuhkan CO2 dari sistem pernapasan manusia. wkwkwk :D


Satu keputusan yang kita ambil dapat berpengaruh pada seseorang bahkan sekelompok orang, baik yang kita kenal maupun tidak. Secara sengaja atau kebetulan manusia saling berhubungan antara satu masalah dengan masalah yang lainnya. Antara masalah satu orang dengan masalah orang yang lain.


Itu dapat menjadi alasan kenapa dalam riwayat disebutkan bahwa barang siapa yang mempermudah kesulitan orang lain, maka Allah ta’ala akan mempermudah urusannya di dunia dan akhirat. (HR. Muslim)


Saat kita mengeluh dengan ketentuan dari Sang Kuasa, sebenarnya ada rahasia besar yang tidak bisa kita lihat hanya dari satu sisi. Kalopun kita tidak bisa melihat dari sisi-sisi yang lainnya, kita bisa coba dengan ber-husnudzon.


Misalnya saat dulu aku sempet pernah ikutan seleksi olimpiade buat wakilin univ. waktu itu tesnya jawab cepat dari sekitar 27 atau 29 orang gitu aku lupa. Kemudian diambil 10 orang diminta presentasi tentang suatu kasus. Kebetulan aku termasuk 10 orang itu. Lusanya pengumuman yang bakal mewakili univ gitu kan. Dan ternyataaaaaa diambil 9 orang. Yaaa kamu pasti tau siapa satu orang tersisa sendirian itu. Kok kzll ya. Kenapa ngga dari awal aja langsung diambil 9 orang. Apasih pentingnya 1 orang itu ? berasa paling bego gitu kan ?

Cuma kemudian aku pikir-pikir lagi sepertinya apa yang terjadi padaku itu berhubungan juga sama diriku (yaiyalah) dan bahkan orang lain. Meski sampai sekarang masih ngga ngerti, tapi mikir positif aja. Kalo aja saat itu langsung diambil 9 orang maka ngga akan ada presentasi. Kalo aja yang diambil lebih dari 10 orang maka presentasi akan panjang. Jadi mikir positifnya adalah kalo aja ngga ada presentasi maka dosen dan teman-teman akan pulang cepet, mungkin aja dimenit-menit presentasi ke 10 itu sebenernya akan ada kecelakaan yang ngga terelakkan, tapi karena presentasi sialan ini mereka telat pulang dan masih ada dikampus. Sehingga semua masih selamat kecuali satu orang itu yang perasaannya gak selamat hahaha (ini sih pemikiran positif versi kebanyakan nonton film)



Atau ketika tahun lalu aku tiba-tiba kena bronchitis. Tepatnya dibulan-bulan waktu diadakan itu loh Fikishu (Fisioterapi Ranking Satu) yang diadakan dari jurusan. Beberapa bulan itu aku ngga bisa lepas masker. Jadi kebawa sampe sekarang sih kalo keluar kos pake masker terus, khawatir karena saat rontgen itu doker paru bilang ada bekas lukanya diparu. Padahal aku ngga liat ada yang luka atau ada yang aneh -__-
Kembali mikir positif dan aku mikir kemungkinan terringan. Mungkin mbak-mbak coass nya lagi butuh pasien bronchitis, jadi aku muncul buat bahan laporan. Ini pemikiran positif versi orang yang masih kepikiran tugas akhir. Karena pas nyusun TA kemarin sebenernya nyari kasus ini tapi ngga nemu, jadi move on ke pneumonia. Sehingga aku dapet penguji hebat seperti mereka. Yahh semua saling berhubungan.



Atau ketika aku kena Tinnitus sejak di Surabaya. Hari-hari yang biasanya sepi jadi agak rame haha. Sampai akhirnya ganti 4 dokter, 2 dokter umum dan 2 dokter THT. Tetep berusaha mikir positif dengan 4 kemungkinan berbeda. Pasti ada alasan kenapa aku harus menemui dokter-dokter itu kan ? misalnya saat di dokter keluarga, sebenernya dokterku perempuan tapi kebetulan beliau ada workshop jadi diganti sama dokter mas-mas gitu. Tinnitus termasuk kasus jarang di dokter keluarga, jadi mungkin bisa buat belajar mas dokternya. Atau internetnya yang lelet saat buat rujukan bikin aku lama didalem liatin dokternya #ehh (ini mikir positif versi mahasiswa jomblo).
Kenapa ganti-ganti dokter spesialis ? karena yang pertama itu pake askes, dan dapet obatnya kurang sesuai. Keluhannya apa, obatnya apa. Jadi pindah dokter spesialis, dan dokter ini ngasihnya emang sesuai. Obatnya cocok sama keluhan, tapi harganya subhanallah.. satu obatnya satu strip 150.000 dan itu bisa dipake buat 5 hari. Bayangin sebulan udah 600rb satu jenis obat. Sesuatu sekali.



Tapi ngga lama sama dokter spesialis ini aku tumbang dengan diagnosa yang berbeda. Seperti yang udah aku tulis disini. Karena saat itu dapet obat dari dokter Spesialis lain lagi, jadi akhirnya obat dari dokter THT stop sampe sekarang.
Btw sekerang masih sama. Sebenernya Cuma agak berisik aja ada bunyi nging setiap waktu, tapi pendengaran sejauh ini masih baik. ke dokter khawatir kemungkinan terburuk dimasa depan, meskipun katanya kalo udah lansia semua orang pasti akan ada gangguan pendengaran.


Berpikir positif..
Saat tumbang karena thypoid aku justru ngeliat banyak hal yang menarik. Aku jadi tau temen-temenku sangat baik. saat tau aku sakit, malem-malem langsung ke kosku. Saat tau aku ngga bisa masuk ada temen yang ngecek nasib tugas akhirku. Saat tau aku masih opname dan tugas akhir udah acc ada yang repot-repot daftarin sidangku. Atau sebelum opname saat masih praktek dan temen tau aku sakit mereka bilang “udah aku aja, kamu duduk aja.” Dan saat senior tau aku sakit mereka justru nyuruh aku tiduran aja dulu.



Saat melihat kebelakang, kita akan menyadari bahwa sekenario ini sungguh hebat. Suka atau tidak suka kita tetap bisa melaluinya.


Meski masa lalu yang buruk kadang menghantui langkah kita, tapi memikirkan masa depan pun menakutkan. Entahlah sebenernya hantunya itu ada dimana.



Masa depan yang masih misteri.
Kadang aku berpikir, setelah ini apa lagi ? berapa lama lagi ? seperti apa lagi ? dan bagaimana lagi ?


Setelah ini.. lulus ? wisuda ? kerja ? dimana ? kemana ?
Yaa otakku bertanya-tanya. Tapi takdir suka tidak terduga, jauh dari jangkauan otakku dan pola pikirku. Misalnya seperti saat kelulusan SMA dulu, sampai akhirnya ada disini. Tempat yang sebelumnya belum pernah terjamah otakku. Tempat yang di pilih seminggu setelah mengetahuinya.


Kita hanya perlu tetap berusaha, tetap berdoa.
Tidak perlu memusingkan yang belum waktunya.
Memikirkan boleh, memusingkan jangan.
Tidak ada yang menjamin kita tetap berdiri tegak ketika saat itu tiba.
Bahkan kita masih belum tau apa esok pagi mentari bersinar.



Katanya menjadi dewasa bisa membuat kita tidak tau lagi apa impian kita.
Karena semakin dewasa akan semakin banyak pertimbangan dalam setiap keputusan.
Adakalanya dewasa pun membuat kita terfokus pada untung dan rugi, bukan apa yang membuat kita bahagia.
Pada akhirnya kita hanya melihat tentang apa yang sedang kita alami.
Menyelami yang terjadi hari ini tanpa berpikir apakah benar semua keputusan ini adalah apa yang kita inginkan atau bukan.



Semua orang punya impian bukan ?
Banyak sekali impian manusia itu. Saat satu impian tercapai akan ada impian-impian lain yang akan tumbuh subur menyertainya.
Bukankah impian adalah sesuatu yang bisa membuat kita bahagia ?
Sepertinya tolak ukur kebahagiaan bisa meningkat atau menurun sesuai dengan keadaan orang yang memiliki impian tersebut.


“Bermimpilah setinggi langit, jika engkau jatuh, engkau akan jatuh diantara bintang-bintang”

Kutipan dari presiden pertama RI sering kita dengar dari motivator-motivator. Setinggi langit, meski kita tidak tau sebenarnya langit itu seberapa tinggi. Memang menyenangkan bermimpi tinggi, tapi kadang kita terlalu malu untuk mengakui mimpi kita yang tinggi. Takut dengan pendapat orang lain tentang mimpi kita. Mimpi yang tidak rasional, kata mereka.


“10 tahun lagi aku akan memiliki panti asuhan yang dihuni minimal 100 anak, semuanya tetap akan sekolah setinggi-tingginya.”

“10 tahun lagi aku memiliki minimal 50 karyawan, dimana semuanya dapat hidup dengan layak dan berkecukupan.”

“15 tahun lagi aku mendirikan sekolah gratis untuk semua anak yang membutuhkan, lengkap dengan perlengkapan sekolah”

“15 tahun lagi aku mendirikan pelayanan kesehatan dan masjid-masjid di lebih dari 30 daerah tertinggal.”


Impian yang fantastis bukan ?
Pepatah bilang orang yang paling kaya adalah orang yang paling banyak memberi.

Saat kita baca impian itu lagi, rasanya impian itu benar-benar berada dilangit. Jauhh.. sangat jauh. Akan butuh banyak perjuangan dan kesabaran.


Impianku ?
Aku ingin saat nanti mati dalam keadaan terbaik. Dimandikan, dikafankan, dan dimakamkan dengan baik. didoakan dengan yang baik-baik. lalu dikenang dengan kebaikan.

Sederhana bukan ?
Sebuah mimpi jangka dekat.
Bukankah yang paling dekat adalah kematian ?




Haha sesederhana itu.
Kau tau ? yang terlihat sederhana kadang justru rumit.
Serumit saat kita mencoba berdamai dengan masa lalu.



Bayangkan saat kini kita sedang mengendarai sepeda motor dijalan yang lurus. Dari kejauhan terlihat ada fly over, dalam hati kita sudah bertekad untuk melalui jalan tersebut. tapi saat kita dengan sekuat tenaga mencoba untuk sesuai tujuan kita, justru si motor berbelok sekenannya. Memilih jalannya sendiri. Berjalan dibawah bayang-bayang flyover. Setiap hari jalanan yang kita lalui tetap sama, gelap. Semakin hari semakin jauh kita berjalan dan bayang-bayang itupun terus mengikuti kita.
Siapa flyover ini sebenarnya ?
Dialah masa lalu.


Kau tau ? saat kita berjalan lurus.. saat kita sekedar mencoba mengingat masa lalu dalam bentuk flyover. Saat kita berniat mengingatnya sedikit saja, barangkali ada hal penting yang bisa kita ambil sisi positifnya. Saat itu.. saat itu.. otak kitalah yang menolak. Otak kita menolak untuk mengingat semuanya. Sampai akhirnya kita menganggap semua telah selesai, padahal masa lalu itu masih menghantui kita. Mengikuti setiap langkah ini.


Mungkin kau akan bertanya, kenapa ?
Karena memori menolak lupa, seperti apa rasanya luka.


Katanya saat kita berani menyceritakan masalah kita itu artinya kita sudah berdamai dengan masalah tersebut.
Kita pasti punya masalah yang ngga ingin kita ceritakan. Bukan, bukan karena kita kuat. Tapi karena kita tidak sanggup untuk menceritakannya. Kau tau ? menceritakan luka sama saja dengan menggaruk luka itu sendiri.


Dan yaa.. kalopun tetap ngga sanggup untuk menceritakannya, kita bisa mulai dengan menuliskannya.


Satu yang harus kita ingat, semua orang punya masalahnya masing-masing.


0 Responses

Post a Comment