Mendekati bulan-bulan Ujian
Nasional pihak sekolah di sibukkan dengan persiapan Ujian Nasional dan
mempersiapkan pendaftaran ke jenjang yang lebih tinggi. Bahkan ada beberapa
sekolah yang turut mempersiapkan penyaluran kerja bagi siswa siswinya.
Bulan-bulan ini merupakan bulan terpenting bagi sekolah, penentuan status sekolah dilihat dari lulusan pertahunnya. Sehingga sudah menjadi kewajiban pihak sekolah untuk mempertahankan ataupun meningkatkan status sekolah dari sekolah-sekolah lain.
Hari ini hari pertama Try
Out ke 4 dilaksanankan, sekolah kami berencana mengadakan try out hingga 7
kali. Hal ini belum seberapa ditambah adanya les pagi atau yang dikenal dengan
jam ke 0 (nol), dimana siswa mulai masuk jam 6 pagi. Serta adanya jam tambahan
atau les siang sepulang sekolah. Disinilah peran guru dituntut pengabdiannya.
“Selamat pagi pak..” sapaku
pada pak Dino yang sudah duduk diruang pengawas, ia sedang memainkan Hp nya
entah untuk apa.
“Ehh iya pagi, mas Panji.”
Sahut pak Dino sambil memasukkan Hpnya kedalam kantong sakunya.
“Kayaknya serius banget
pak,” kataku.
Pak Dino mendengus lelah,
“Ahh biasa anak-anak bikin ulah. Joki-Joki UN bertebaran, citra buruk sekolah
yang jadi taruhan.”
Aku mendengarkan pak Dino
dengan seksama. Memang dijaman yang serba caggih ini banyak oknum-oknum yang
mencari keuntungan dengan ‘menjual’ jawaban UN. Entah darimana para joki
mendapatkan jawaban itu, tapi yang pasti setiap tahunnya selalu terulang.
Aku ingat bagaimana Ujian
Nasional ketika duduk dibangku SMA.
“Eh
aku ditawarin bocoran, 3juta. Kita pukul rata, gimana?”
“Yakin
tembus?”
“Ngga
diragukan lagi,”
“Panji
kamu ngga ikutan?”
“Ngga
deh, makasih.”
“Trus
trus ntar gimana dapetnya.”
“Udahla
santai aja, ntar aku dismsin 3 kata pertama dan jawabannya. Abis itu aku
kirimin ke kalian. Gampang kan?”
“Boleh
tuh boleh..”
Aku ngga tau apa
keputusannku saat itu adalah sebuah kebodohan atau pilihan yang tepat. Satu
yang pasti salah satu dari mereka menduduki peringkat 3 tertinggi di Sekolahku. Fakta yang
menyakitkan bukan?
Pak Najmudin memasuki ruang
pengawas dengan muka lusuhnya. Sepertinya matahari pagi ini belum mampu membuat
pak Najmudin tersenyum, pasti ada alasan yang jelas.
Sebelum membagikan soal Try
Out pada pengawas ruangan, pak Najmudin memberikan briefing singkatnya.
“Selamat pagi semuanya..”
sapa pak Najmudin
“Pagi..”
“Saya baru saja mendengar
kabar yang tidak mengenakkan tentang sekolah ini. Siswa-siswi kita ada beberapa
yang melakukan kecurangan. Ini sangat disayangkan. Apalagi jika nantinya ada
Pengawas dari luar sekolah yang melihat kecurangan ini. Fatal akibatnya. Citra
sekolah ini. Padahal tidak semua siswa sekolah kita melakukan kecurangan. Namun
jika sampai ada kejadian memalukan itu..” pak Najmudin menggeleng-gelengkan
kepalanya
“Meski hanya ada satu dua
siswa yang melakukannya, tetap saja. Sekolah kita akan mendapat penilaian buruk
dimata masyarakat. oleh karena itu, sebisa mungkin kita awasi anak-anak kita
dengan baik. Ingat! Bocoran kunci jawaban adalah virus, secantik apapun virus
itu dapat membunuh kita semua.”
“Setuju pak..”
Masing-masing pengawas
ruangan mulai mengambil map yang berisi lembar soal beserta lembar jawabnya.
Aku pun turut mengambil mapku, disampulnya terdapat nomor ruangan.
“Mas Panji..” panggil pak
Najmudin
Aku menoleh kearah sumber
suara, “Iya pak?”
“Bantu saya mengawasi
anak-anak ya, saya percaya dengan potensi anda.” Kata pak Najmudin sambil
tersenyum
Aku turut tersenyum dan
menggangguk, “Pasti pak. Saya bangga memiliki atasan seperti bapak. Disekolah-sekolah
lain, biasanya malah pihak sekolah sendirilah yang merencanakan pembuatan kunci
jawaban. Tujuannya sebenarnya sama, untuk meningkatkan nilai siswanya dan
mengharumkan citra sekolah.”
“Mengharumkan nama sekolah
dengan sesuatu yang kotor? Percayalah mas Panji, bukan semerbak wangi yang
diperoleh. Justru bau busuk yang menyengat. Hanya orang-orang kotor pula yang
akan tinggal didalamnya.” Sahut pak Najmudin.
“Bahkan ketika tujuan
berbeda pun ada nilai kompetisinya. Coba lihat jalur di jalan Jogja – Solo. Apa
anda yakin semua kendaraan yang berjalan ke arah Timur sedang menuju ke Solo? Pasti
ada yang ke Solo, Semarang, atau bahkan Surabaya. Tapi dijalan tersebut dengan orang
berbagai tujuan itu, mereka saling salip-menyalip. Berusaha mendahului dan
menjadi yang terdahulu. Mereka masing-masing berusaha menjadi yang terdepan,
meski pada kenyataannya tidak akan pernah ada. Lalu untuk apa mereka saling
selip-menyelip? Dan meski mereka ada yang memiliki tujuan yang sama, tidak
selalu cara berkendara mereka itu sama. Ada yang kebut-kebutan, ada yang
pelan-pelan, dan ada yang biasa saja. Kita lihat saja siapa yang akan sampai
tujuan lebih dulu dengan selamat.”
Aku mengangguk mantap,
“Saya mengerti pak. Terimakasih.”
Pak Najmudin penepuk-nepuk
pundakku, “Anda masih muda, bersemangatlah.”
Aku berjalan menuju ruangan
try out dengan kepala yang terasa ringan. Semua orang pasti punya tujuan, dalam
mencapai tujuan sangatlah beragam caranya. Ada orang-orang yang jatuh bangun
hingga tertatih. Namun ada pula orang yang langsung diberi ‘sendok emas’.
Aku masih muda dan yaah
masih banyak tujuan yang belum ku dapatkan. Perjalanan hidupku masih cukup
panjang, semoga saja jalanku tak pernah salah. Semoga saja.
@DearestSukma
©SukmaGR34T
Post a Comment