sukma w.

 


Agustus 2022 artinya 5 tahun sudah aku lulus dari kampus, menyandang gelar dan bekerja sebagai tenaga Kesehatan. Perjalanan selama 5 tahun ini nggak mudah, kadang aku pikir 5 tahun itu baru sebentar tapi ketika ku lihat usiaku ternyata aku benar-benar mulai menua. Ahh aku benci mengatakannya.

Rasanya cukup melelahkan menjadi manusia dewasa. Benar kata sebuah lagu, takut tambah dewasa takut aku kecewa takut tak seindah yang ku kira. Banyak sekali hal yang terjadi dan yang sudah kulalui. Banyak mimpi yang menjadi nyata maupun yang sekadar menjadi mimpi.

Kali ini aku nggak sedang ingin bercerita tentang menyebalkannya kehidupan, tapi tentang pekerjaanku yang cukup menyenangkan. Meski begitu aku pernah bosan dengan pekerjaanku, dan kau tau? Tuhan seolah selalu mengabulkan keinginanku. Ini cukup mengesankan sekaligus beban, karena kurasa aku nggak sebaik itu.

 

Berawal dari Oktober 2017, aku pernah berharap bekerja di kabupatenku aja agar dekat dengan rumah. Aku sempet apply lamaran di luar kota dengan RS yang bonafide, tiba-tiba ada RS di daerahku yang membuka loker juga. Akhirnya aku kirim lamaran. Sekitar seminggu kemudian aku dapat panggilan dari RS di kebupatenku, saat itu posisiku masih di Solo karena belum lama wisuda dan belum sempat pindahan.

Setelah datang test di RS A siangnya aku dapat telepon pangilan interview dari RS di Jakarta yang cukup terkenal. Cukup bimbang sebenarnya, karena RS A adalah RS swasta tipe D yang baru berkembang sedangkan RS di Jakarta tersebut termasuk RS swasta yang besar dan cukup diperhitungkan. Beberapa yang menjadi pertimbangan adalah jika ambil di Jakarta akan jauh dari rumah, tapi akan banyak pengalaman karena RS besar biasnaya banyak variasi kasusnya, juga gaji yang setidaknya UMR Jakarta. Tapi orangtuaku nggak setuju, katanya mereka akan khawatir kalo jauh dariku. Akhirnya aku ikut aja saran orang tua buat ambil RS di Kabupaten.

Setelah interview di RS A aku dapat surat kontrak kerja, sebenernya aku sempat ragu karena tertulis gajinya yang benar-benar dibawah UMR. Jadi aku minta waktu untuk menandatangani kontraknya. Aku sempat bilang sama orangtuaku, apakah nominal segini cukup untuk hidup? Tapi orang tuaku tetap meyakinkan bahwa lebih baik kerja di Kabupaten daripada merantau yang entah kapan bisa pulang. Orangtuaku bahkan meyakinkanku kalo nantinya gajiku kurang bisa langsung bilang aja sama mereka sebagai sponsor hidupku.

Masalah penggajian ini agak Panjang karena aku baru lulus dan masih idealis, aku beberapa kali nyoba buat ketemu dengan atasan untuk membahas ini. Saking nyebelinnya aku membahas perihal gaji, wakil direktur sampe bilang ke direktur untuk ngasih ke aku formulir karyawan tetap aja langsung. Tapi aku yang belum paham perihal mekanisme karyawan kontrak dan tetap memilih buat kontrak dulu aja. Kadang kalo dipikir-pikir tentang kejadian ini kok aku bodoh yah wkwk

Tapi usaha memang tidak menghianati hasil, akhirnya dapetlah sedikit kenaikan untuk tunjangan. Ada kalimat direktur yang masih aku ingat dan membuat aku berhenti membahas gaji, “Kamu pikir gaji saya sebanyak direktur-direktur di RS lain?” ungkapnya. Aku mengambil kesimpulan bahwa aku tidak bisa mengubah sistem. Ikuti atau keluar dari sistem, hanya itu pilihannya.

 

Dulu pasienku sehari sekitar 20-30 pasien ditangani oleh 2 orang nakes. Tentu aku merasa ini nggak adil karena unitku memberikan income puluhan juta setiap bulan pada RS tapi gaji kami masih tetap dibawah UMR. Kami sempat ngerasa iri dengan bagian lain yang tidak melakukan pelayanan yang artinya tidak memberikan income tapi memiliki gaji yang lebih besar. Akhirnya sempat nyoba ketemu atasan lagi untuk kejelasan insentif yang tidak jelas. Tapi hasil akhirnya kurang baik, aku cukup ngerasa kecewa dan berharap pasienku berkurang aja.

Keajaiban itu terjadi lagi. Tiba-tiba BPJS menurunkan surat edaran tentang alur pelayanan yang mana harus melalu dokter spesialis rehab dan dengan aturan maksimal kunjungan 8x perbulan. Karena adanya aturan ini pasienku menurun drastis, aku udah enggak selelah dulu. Kerjaanku gabut dan bengang bengong aja. Tapi kami merasa nggakpapa, karena gaji pun hanya berbeda beberapa ratus ribu aja. Jadi mending nggak ada pasien aja sekalian.

Satu yang aku suka dari RS A ini adalah kekeluargaannya sangat solid, seolah kekurangan bukanlah masalah selama kita terus bersama-sama. Aku pernah pergi kondangan naik ambulans dan kami semua Bahagia, hal yang aku pikir nggak mungkin terjadi dengan orang-orang di RS C. Hal yang selalu aku rindukan selama berganti-ganti RS selama ini.

 

Oiya selama aku di RS A, sekitar oktober – desember 2018 aku jadi karyawan tamu di RS B karena sedang butuh nakes sementara dan kebetulan cukup dekat rumah. Aku nggak begitu mengenal dalam tempat ini karena memang cuma sebentar. Btw RS B ini adalah RS tempat aku dilahirkan jadi memang cukup dekat rumah. Waktu disitu sempet ditawarin sih barangkali mau pindah kesitu aja, tapi aku belum tertarik. Juga ada beberapa alasan pribadi yang membuatku berpikir ulang.

Setelah 2 tahun di RS A kontrakku habis, setelah semua yang dilalui aku memutuskan nggak perpanjang kontrak. Oiya aku pernah denger sebuah nasihat, ketika kita akan pergi maka berilah kenangan yang terbaik. Dulu aku ikut pokja akreditasi MKE, yang mencakup pembuatan Tim PKRS. Ada banyak PR waktu itu, salah satunya tentang sosmed RS yang kurang begitu aktif.

Dan ya ini jadi salah satu hal yang agak diluar nalar yang pernah aku lakukan adalah menjadi pemateri kegiatan Latihan desain dengan corel draw. Tapi kupikir ini cukup dijadikan sebagai kenang-kenangan yang bisa aku berikan untuk RS A.

 

Tahun 2020 setelah resign aku mencoba mendaftar di Klinik swasta dan RS swasta yang lokasinya berada di daerahku. Entah keberuntungan atau apa aku mendapatkan panggilan interview dari keduanya. Klinik swasta itu adalah klinik anak yang memiliki beberapa cabang di beberapa daerah, aku kurang begitu cocok dengan jam kerjanya dan aku masih agak kagok pegang pasien anak karena selama ini lebih sering pegang pasien dewasa. Akhirnya aku memilih mundur dari Klinik itu, dan sampai sekarang klinik itu masih tutup. Entah karena belum dapet nakes atau karena hal lain.

Di RS swasta ini sebut aja RS C pasienku Cuma sedikit. Kadang sehari nggak ada pasien sama sekali. Tapi kupikir RS ini memang kurang fokus dengan profesiku, jadi sarana dan prasarananya benar-benar kurang. Gaji di RS C merupakan yang terbaik dibanding RS swasta lain di kabupatenku, dimana lagi 6 bulan kerja gaji udah di atas UMR Jogja. Yang kurang nyaman dari RS ini Cuma karyawannya aja yang terlalu nge-gap dan banyak yang high class.

Kalo di RS A piknik RS biasanya di koordinir oleh manajemen dari direktur sampai cleaning service, maka di RS C tiap unit mengkoordinir sendiri-sendiri. Sehingga lebih terasa gap antar bagian dan kurang membaur dengan semuanya.

Karena pengalaman di RS A temanku yang bagian keuangan gajinya lebih besar daripada aku yang setiap hari ketemu sumber uangnya, aku sempat berharap untuk ganti profesi kerja kantoran aja. Lucunya harapan itu benar-benar terkabul di RS C ini. Karena pasienku sedikit aku diminta direktur untuk bantuin bagian sekretariat. Dan yaa ini benar-benar seperti yang pernah aku pikirkan, bekerja di depan laptop dibalik kubikel. Menghitung angka-angka, audit pendapatan dan pengeluaran RS, membuat berkas, mengirim surat, mengarsip ini dan itu.

 

Lalu aku mulai bosan bekerja kantoran, aku pikir enak juga kerja lapangan seperti anak Teknik di proyek. Lagi-lagi keinginan anehku terkabul. Iya aku benar-benar kerja lapangan ngurusin pembangunan, ini pembangunan RS untuk lantai 3. Akhirnya aku benar-benar belajar tentang bahan bangunan dan harga bahan bangunan. Aku pergi dari sini dengan kondisi pembangunan lantai 3 bagian Timur sudah selesai. Oh ya nomorku sampai sekarang masih disimpan oleh toko-toko bangunan.

Tapi semua memang nggak seindah yang aku harapkan, aku mulai jenuh dengan semuanya dan ingin Kembali ketemu pasien.

 

Di 2022 ini harapan itu Kembali terkabul. Aku pindah di RS D, RS Pemerintah terbesar di kabupatenku. RS yang cukup membanggakan dan cukup menyita waktu luangku  karena banyaknya pasien. Aku nggak pernah pulang on time alias overtime setiap hari. Bahkan untuk makan siang dan sholat pun seolah kejar-kejaran waktu.

Harapanku sekarang adalah pasien di RS D secukupnya aja agar aku juga bisa menikmati hidup dengan tenang.

 

Dan yaa ini garis besar cerita perjalanan kerjaku, sebenarnya sangat panjang. Ada tangis dan tawa di setiap prosesnya. Tapi satu yang bisa disimpulkan adalah teruslah berprasangka baik, teruslah memiliki keinginan-keinginan baik, karena kita nggak pernah tau keinginan mana yang akan Tuhan kabulkan. Bisa jadi pemikiran konyol yang hanya sebatas keinginan sesaat itu benar-benar jadi nyata.

0 Responses

Post a Comment