sukma w.

Kehidupan dunia ini sering menghadirkan hal-hal yang tidak pernah kita duga. Banyak rencana-rencana indah yang hanya bisa menjadi sekadar wacana. Perjuangan, pengorbanan, dan impian yang menguap begitu saja. Seperti istana pasir megah yang tersapu ombak, tidak ada yang bisa disalahkan.

Ada seseorang yang pernah menasihatiku “Sesuatu yang kecil justru harus diwaspadai, kebanyakan mereka melenakan.”

Sudah sebulan ini sekolah dikosongkan, bukan semata-mata libur untuk liburan atau bersenang-senang. Tapi untuk mengantisipasi penyebaran wabah virus corona yang sudah memakan banyak korban di seluruh dunia. Jelas ini bukan sesuatu yang mudah, wabah ini tidak hanya menggerogoti kesehatan manusia tapi juga sektor-sektor lain seperti ekonomi dan pendidikan.

Sebulan ini pula aku melakukan proses belajar mengajar menggunakan teknologi digital. Tidak ada alasan untuk berhenti belajar, lagipula guru harus membuat laporan perkembangan siswa. Jika tidak ada proses belajar mengajar sama sekali, darimana kami bisa mengisi buku rapor mereka nantinya? Berbagai tantangan dalam proses belajar digital tidak bisa dielakkan. Seperti susah sinyal, kehabisan kuota, tidak memiliki komputer/laptop, bahkan yang tidak bisa menggunakan teknologi digital. Tentu hal tersebut memberi warna baru dalam proses belajar ini.



Aplikasi chat pagi ini sudah cukup ramai, pagi ini kebetulan aku hanya memiliki jadwal satu kelas saja. Aku mulai penasaran dengan apa yang sedang mereka diskusikan.

“Hari ini jam pertama jadwal Pak Panji kan.” - A
“Iya..” – Can
“Ngga usah pake aplikasi classroom lah.” - Jimmy
“Baru bangun gw” – Ninja Hatori
“Heh udah jam 7 kurang 20 nih” – Can
“Masih 20 menit lagi, tidur lagi aja Le” – Rio
“Aku lupa cara buka aplikasi classroom, gimana sih?” – Tia
“Cari aja digoogle, gw mau mandi.” – Ninja Hatori
“Biasanya lu kan gak mandi Le” – Rio
“Bct. Nyaut mulu lu.” – Ninja Hatori
“Gess.. tetangga gw ada yang positif.” – Vera
“Positif hamil Ver?” – Rio
“Serius Ver, makin serem dong.” – A
“Jangan lupa mandi temen-temen, biar kumannya mati.” – Can
“Paan sih lu can, gaje” – Rio
“Yang ada juga elu yang gaje Rioooo” – A
“Seriusan, makannya gw jadi takut mau pergi-pergi.” – Vera
“Tiap mau keluar rumah berasa mau ketemu zombie” – Vera
“Dahlah tidur aja paling bener.” – Ninja Hatori
“Katanya mau mandi Le” Tia
“Gajadi, listrik mati.” – Ninja Hatori
“5 menit lagi guys” – Can
“Lu sekarang jadi time keeper uang kaget ya can” – Rio
“Iya ngga usah pake google classroom, mending tugas aja deh.” – Santika
“Nah gue demen nih yang begini.” – Rio
“Lu demen sm Santika Yo?” – Ninja Hatori
“Iya.. setujuuu.. tugas aja” – Jimmy
“Sepakattttt” – Tia
“Heh jangan gitu, buruan disiapin google classroomnya.” – Can
“Lu jangan egois dong Can, gue lagi gada kuota.” – Rio
“Gada kuota kok bisa ngechat.” – Can
“Unlimited chating bgo.” – Rio
“Makanya jangan game online mulu” – Can
“Dibilangin ini ulimited chat” – Rio
“Temen-temen aku udah inget cara buka google classroom” Tia
“Kalo ada yang butuh bantuan bisa pc yaaa” Tia
“Usahalah, cari wifi kan bisa” – Can
“Heh kalo cari wifi gue musti keluar rumah, yang artinya gak dirumah aja” – Rio
“Bilang aja males belajar” – Can
“Gue minta tugas, bukan minta libur” – Rio
“Kalo kalian berdua ngerasa cwo jangan diselesein baik-baik yaa” – Vera
“Tuhan menciptakan 2 tangan, buat baku hantam.” – Ninja Hatori
“Ditunggu video maap-maapannya” – Jimmy
“Kalo mau ribut jangan di grup woy” – A
“Hari ini kita kuis ya”
“Pake apa pak?” – A
“Google classroom”
“Tugas aja lah pak” – Rio
“Iya pak, kemaren Pak Dion juga Cuma tugas” – Jimmy
“Gimana saya ngasih nilainya kalo tugas?”
“Mau menghitung kerugian ekonomi wabah corona?”
“yahh..” – Santika
“Udah saya buka pak aplikasi classroomnya” – Can
“Yang ngga mau belajar biarin aja pak, nanti rugi sendiri.” – Can
“Iya pak saya juga sudah buka aplikasinya” – Tia
“Oke”
 “Yang belum masuk classroom sampai jam 7.15 sy anggap bolos.”
“Siapp pak” – A
“Otw” – Vera


Belajar dengan memanfaatkan aplikasi digital sebenarnya sangat efisien. Sayangnya untuk mengajar anak-anak yang kurang semangat belajar sepertinya kurang efektif. Aku cukup kesulitan menegur satu dua siswa yang hanya setor muka lalu sibuk sendiri dengan dunianya. Jika sudah begini, tentu aku hanya bisa menggertak mereka dengan ancaman nilai. Memberi mereka tugas juga tidak menyelesaikan masalah. Aku tau, jika mereka diberi tugas hanya beberapa anak saja yang mengerjakan. Sisanya? Tentu saja copy paste. Ini jelas lebih tidak efektif.

Meski siswa-siswi belajar dirumah, sekolah tetap tidak benar-benar kosong. Para guru tetap ada yang berangkat ke sekolah untuk berbagai kepentingan. Ada yang memang berangkat karena jadwal piket, ada pula yang berangkat untuk membuat laporan pembelajaran, serta beberapa kepentingan lain mengenai administrasi sekolah.

Aku mengecek nilai-nilai para siswa dan mulai memikirkan materi apa yang lebih mudah dipahami untuk pertemuan selanjutnya. Terlalu lama berpikir sepertinya otakku mulai lintas jalan. Aku mulai berpikir mengenai virus yang sedang mewabah saat ini. Para peneliti mengatakan virus ini dibawa oleh kelelawar, tapi karena imunitas kelelawar sangat kuat sehingga ia tetap baik-baik saja. Sedangkan jika terkena manusia dengan tingkat imunitas yang berbeda, maka akan berdampak berbeda pula. Jika dipikir-pikir kebanyakan virus yang meresahkan manusia menurut penelitian dibawa oleh kelelawar, aku jadi penasaran sekuat apa imunitas kelelawar sesungguhnya.

Bukankah kelelawar dapat berkomunikasi dengan sesama kelelawar? Aku rasa aku mulai membayangkan jika virus pun dapat berkomunikasi dengan sesama virus. Ahh jika iya, aku pikir mereka sepeti makhluk hidup yang tidak sadar jika keberadaannya ternyata mengancam jiwa yang lain. Seperti manusia yang mengancam kelestarian bumi? Entahlah.. kurasa aku terlalu sering menonton teori konspirasi. Hingga membayangkan virus dapat berpikir dan berbicara seperti, “Haloo.. ayo kita hidup di tubuh manusia aja, disana enak hlo.”

Aku ingat dulu guru biologiku pernah berkata bahwa tulang manusia adalah kumpulan triliunan sel hidup yang tertanam dalam mineral organik yang dihancurkan dan dibangun kembali oleh mereka sendiri. Tulang yang menyangga tubuh kita ternyata hidup, bukan sekadar benda yang membuat tubuh ini berdiri tegak. Dalam tubuh manusia seolah ada kehidupan, saat itupun aku pernah berpikir apakah mungkin antar sel dapat saling berkomunikasi? Atau mereka hanya makhluk hidup yang tidak hidup.

Alam semesta memanglah memiliki banyak rahasia yang tidak akan dapat terungkap semuanya oleh manusia. Ku rasa aku sudah berpikir melenceng terlalu jauh. Besok adalah jadwal piketku untuk berada di sekolah, setidaknya hari ini aku sudah harus menemukan materi yang cocok untuk kelas besok pagi.

0 Responses

Post a Comment