Kesehatan merupakan suatu anugrah
dari Sang Pencipta yang kadang terlewatkan. Padahal kesehatan adalah perkara
vital yang patut disyukuri. Kebanyakan orang berpikir tolak ukur kesehatan
hanya dilihat dari fisiknya. Namun sebenarnya orang yang sehat dinilai dari
keadaan jasmani dan rohaninya. Ketika salah satu dari jasmani atau rohaninya
mengalami gangguan, dapat dikatan orang tersebut sedang tidak sehat.
Kesehatan fisik yang baik cenderung
lebih mudah dikenali, kondisi tubuh yang prima dan tidak mudah sakit menjadi
salah satu tandanya. Sedangkan kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika
batin kita berada dalam keadaan tentram dan tenang. Apabila kesehatan mental
seseorang terganggu, ia akan mengalami gangguan suasana hati, kemampuan berpikir,
serta kendali emosi.
Psikolog dan Psikiater sama-sama
menangani keluhan kesehatan mental.
Kesehatan mental itu ada di diri
kita sendiri, bahkan kebanyakan keadaan mental yang ngga sehat dapat
mempengaruhi kesehatan fisik kita. Misalnya karena cemas yang berlebihan,
banyak pikiran, kalut, khawatir, sampai sulit untuk tidur. Secara ngga langsung
kondisi tersebut mempengaruhi fisik kita yang jadi lemas, ngga nafsu makan,
mata merah, yaaa semacam udah ngga ada semangat hidupnya gitu. Jika terus
dibiarin lama-lama bisa depresi, yang paling parah sih bunuh diri.
Semua orang pasti pernah kan ngerasa
cemas, tapi pernah ngga sih kita ngerasa cemas karena kita cemas.
Ehh gimana.. gimana..
Keluhan cemas dalam kesehatan fisik
mungkin bisa diibaratkan dengan keluhan pusing ya. Nah aku pernah ngerasa cemas
sama diriku sendiri karena kok aku kayak orang yang cuek banget, kurang peka,
kurang bisa basa-basi, kurang bisa bergaul karena ngga pinter ngomong. Aku cemas
dong sama diriku sendiri.
Apakah aku aneh?
Apa aku berbeda?
Apa aku normal?
Aku ngga tau gimana pandangan orang
lain tentang sikapku. Tapi kadang aku ngerasa sendiri bahwa kemampuan untuk
peka, peduli lingkungan, basa-basi yang walaupun Cuma dimulut aja tuh penting
banget buat kehidupan. Sedangkan aku ngga bisa dan ngga punya kemampuan itu.
Setelah mikir berkali-kali,
berminggu-minggu, dan mungkin beberapa bulan, akhirnya tanggal 25 Juni 2018 aku
beraniin diri buat ke Psikolog di RSUD.
Sekarang ini masyarakat masih
menganggap tabu tentang psikolog. Kebanyakan mereka beranggapan hanya orang
gila yang datang ke psikolog. Waktu ambil nomer antrian ditanya sama
petugasnya, ketika bilang mau ke klinik pasikologi dia liatin aku entah takjub
atau takut.
Setelah bayar biaya administrasi aku
langsung menuju ke ruangan klinik psikologi. Disitu sepi banget, Cuma ada satu
pasien yang sepertinya baru selesai sesi konsultasinya. Sekitar 5 menit
kemudian aku masuk ke dalam ruangan. Hari itu yang praktik ibu-ibu, awalnya
beliau tanya gimana kok bisa kepikiran ke psikolog. Trus ya aku cerita gitu
kann..
Kita ceritanya nyantai gitu sih,
trus psikolognya bilang bahwa yang aku rasain ini normal. Katanya aku punya
kepribadian introvert, aku pernah tulis disini
ya. Dan ini normal-normal aja, ngga ada yang salah dari itu.
Psikolognya sempet tanya gini “Kamu
nyaman ngga sama diri kamu sendiri?”
“Aku sih nyaman, Cuma orang lain
sepertinya yang ngga nyaman ketika deket sama aku.” Kataku.
Trus psikolognya bilang “Kamu ngga
perlu menyenangkan semua orang,”
Yaa trus aku masih cerita lagi dan
dijawab lagi, kadang aku nyangkal, aku tanya gimana cara menghadapi ini dan
itu. Trus dijawab lagi, kalo aku ngga setuju nanti juga ada pilihan lain begini
begitu.
Jadi menurut aku ke psikolog itu
bisa jadi tempat curhat yang ngga bocor dan punya solusi. Coba kalo curhatnya
sama temen, solusi ngga ada, yang ada malah digosipin.
Awal mau ke psikolog sempet
kepikiran berapa ya biayanya? Oiya klinik psikologi di RS sini tidak discover BPJS
ya. Tapi biayanya ngga mahal kok.
Biaya administrasi 16.000
Biaya Konseling 1 sesi 23.500
Jadi total 39.400
Lumayan terjangkau kan.
Jadi kenapa masih takut konsultasi
kesehatan mental?
#WorldMentalHealthDay
Post a Comment