Di awal tahun 2021 aku memikirkan eksistensiku di dunia ini. Untuk apa aku di sini, untuk apa semua ini. Bagaimana masa depanku, apakah aku memiliki masa depan, dan apa tujuan akhir dari keberadaanku di sini.
Saat itu aku
berpikir bahwa manusia itu makhluk Surga, dan sudah sepantasnya jika waktunya
kembali aku ingin kembali ke Surga. Akupun berucap disela-sela pencarian
jatidiriku “Aku ngga mau mati kalo ngga masuk Surga.” Setelah itu rsanya banyak
hal terjadi dalam hidupku.
Di minggu
pertama Januari, vertigoku kambuh tepatnya hari Rabu. Ahh sebenernya ini bukan
sesuatu yang menakutkan, aku biasa mengatasinya sendiri. Biasanya ini terjadi
kalo aku kelamaan liat layar computer atau laptop.
Ohya selama
ngga ada pasien aku diminta bantuin secretariat RS buat ngetik-ngetik, bikin
surat, atau bikin apapun yang berhubungan dengan secretariat dan kepegawaian
RS.
Sebenernya di
sekre itu kerjanya ngga terlalu berat, lebih berasa pressurenya nangani pasien
dengan kasus yang unik-unik. Belum lagi tuntutan pasien yang pingin cepet
sembuh. Padahal kasusnya dari anak-anak, lansia, otot, tulang, saraf,
paru-paru, jantung, juga olahraga, kesehatan wanita, dan kulit. Jadi biasanya
aku harus baca jurnal dan makalah lagi tiap ketemu kasus baru. Karena ya kadang
ketemu kasus baru udah lupa sama kasus yang lama.
Kemudian di
minggu kedua tiba-tiba aku demam, diare, dan muntah sampai malam. Kejadiannya Kamis
sore. Hari jumat kondisiku makin lemas, tapi karena minggu lalu baru sakit
rasanya sungkan kalo harus ijin sakit lagi. Jadi aku tetep berangkat sambil
nahan pusing dan mual. Hari sabtu kondisiku masih sama, aku bahkan sempet
muntah di tempat kerja. Akhirnya temenku nyaranin aku buat istirahat aja dulu. Temenku
ada yang sempet nanya ‘haidnya lancar nggak?’ haha dari banyaknya diagnosa
dengan gejala mual, muntah. Seperti maag, gerd, gastroenteritis, keracunan
makanan, batu empedu, hepatitis, ginjal, vertigo, migraine, infeksi telinga,
kenapa yang ditanya harus itu sih.
Orangtuaku sempet
curiga hepatitis tapi rasa-rasanya aku masih ada vaksin hepatitis yang effektif
sampai akhir tahun ini di tubuh. Malam minggunya demamku makin tinggi dan diare
mulu. Akhirnya ijin sakit untuk hari senin dan selasa.
Minggu ke
tiga, di Jumat sore. Pulang kerja sebelum tugu lawet di depanku ada mobil yang
jalan lurus pelan. Karena mau nyelip aku nambah kecepatan, saat itu aku nyalip
lewat kanan mobil. Tiba-tiba mobilnya belok kanan. Aku ngga inget apa yang
terjadi antara motorku, mobil, dan pembatas tengah jalan. Karena ingatanku
gelap disitu. Kesadaranku kembali saaat merasakan wajahku nyentuh aspal,
kacamataku pecah, mata kiriku suit buat liat. Aku terjatuh dengan posisi ke
kiri di depan mobil itu. Saat itu aku Cuma ngerasa wajahku berdarah dan badanku
sakit, tapi yang paling aku khawatirin tentang mataku. Pecahan kaca dari
kacamataku.
Aku di rawat
di rumah sakit sejak jumat sore sampai minggu malam. Kalo ditanya kondisi yang
pasti memar di hampir semua persendian terutama sebelah kiri, lengan kiriku
sempat sulit digerakan tapi hasil rontgen oke. Bagian muka rasanya bau darah,
jahitan di ujung mata kiri bikin mataku perih dan susah buka matanya, lecet-lecet
di muka dan sekitar mulut jadi susah ngomong, dan gigi goyang sampai aku
kesusahan makan. lecet-lecet ditangan dan kaki. Dilanjutkan rawat luka mandiri
sampai jahitannya kering lalu boleh dilepas.
Rentetan kejadian
beruntun di awal tahun yang membuatku menyadari beberapa hal. Tentang kepedulian,
tentang rasa sakit, tentang pengorbanan, dan tentang perjuangan. Dengan kondisi
motorku yang rusak parah dan aku cukup selamat. Tampaknya aku harus
banyak-banyak bersyukur pada Allah. Jika bukan karena kasih sayang dan pertolonganNya,
akupun ngga yakin masih bisa berdiri di atas kedua kakiku sendiri.
Aku percaya
rencana Allah selalu yang terbaik. Allah Sang Maha Baik. Jika tiba saatnya
napas terakhirku berhembus, aku ingin hanya Engkau di hatiku.
Post a Comment