Apa kabar menjadi pertanyaan yang menyebalkan, saat diri ini ngga baik-baik aja.
Apa kabar terdengar seperti omong kosong, sebuah pertanyaan atas dasar penasaran.
Apa
kabar seolah hanya pembuka pesan, saat tidak ada kepedulian di dalamnya.
Orang-orang berkerumun, beberapa orang menuntunku ke tepian jalan. Aku cuma bisa diam, daguku berdarah terasa sakit untuk ngomong. Perlahan-lahan pandangan mataku terasa mulai menggelap. Aku ketakutan. Ku genggam tangan mbak-mbak disampingku yang entah siapa, terimakasih memberiku kekuatan tetap sadar.
Pemilik
mobil itu mendekat dan mengajaku ke rumah sakit. Aku sudah lemas sekali, dua
orang menuntunku masuk ke mobil. Sampai di UGD perawat membersihkan lukaku,
bertanya ini dan itu untuk memastikan kesadaranku. Dari percakapan mereka aku
tau pecahan kacamataku mengenai tepian mataku. Robek dan perlu dijahit. Mereka
bilang untung aja pecahannya ngga masuk ke dalam mataku. Aku mendengar mereka
meringis setiap membersihkan wajahku. Aku hanya diam.
Sesekali dokter
mengingatkanku untuk membuka mata, tapi saat itu mataku sangat perih. Aku ingin
tetap menutup mataku untuk sementara. Setelah lukaku di bersihkan aku dibawa ke
ruang radiologi. Rontgen bagian wajahku, dokternya juga sempt berpesan untuk
liat kondisi bahuku. Kalo baik-baik aja katanya ngga perlu dicetak. Kebetulan bahu
kiriku emang sakit banget, karena posisi jatuhku ke kiri jadi bahu kiriku
seperti tumpuannya. Dan gigiku goyang, jadi aku susah ngunyah, dan susah buka
mulut. Alhamdulillah hasil rontgenku baik semua. Ada dua orang teman
seruanganku datang ke UGD.
Kondisiku yang lemas
membuatku disarankan untuk opname di RS. Aku ngga punya BP*S. Sebagai nakes
yang kerja di RS hampir 3 tahun, aku ngga punya asuransi kesehatan. Bukannya
ngga mau daftar, tapi kalo aku daftar sendirian rasanya aneh karena keluargaku
udah terdaftar dan karena aku udah lulus jadi otomatis keluar dari asuransi
kesehatan keluarga. Aku nunggu didaftarin tempat kerjaku, tapi nggak tau tuh RS
tempat kerjaku males daftarin asuransi kesehatan mungkin.
tangan kanan |
Bahu
kiriku masih sakit banget, bahkan Cuma disentuh aja sakit. Pas hari pertama aku
ngga kuat buat angkat bahuku, hari berikutnya mulai bisa meskipun dengan nyeri.
Tangan kananku itu ada lukanya, jadi mau ngga mau lengan kiriku harus
ikut bantuin kerja dong. Sempet narik selimut dari kaki ke badan pake tangan
kiri, rasa nyerinya itu kayak ditusuk-tusuk. Ini nyeri yang belum pernah aku
rasain sebelumnya dan mungkin selama hidupku. Jadi dia tipe nyeri yang tajam
dan ada sensasi menjalarnya menusuk. Bener-bener sakit. Orangtuaku sempet
bilang kalo nanti pulang RS mau dibawa ke tukang urut tapi aku langsung nolak. Aku
ngga bisa bayangin, disentuh aja rasanya nyeri banget apalagi diurut. Lagipula hasil
rontgennya baik yang artinya ini hanya trauma karena benturan. Yang harus aku
lakuin justru Protect, Rest, Ice, Compress, dan Elevate.
Malamnya di RS aku nggak
bisa tidur, badan berasa sakit semua. mukaku berasa bau darah, karena bosen aku
foto-foto. Siangnya perawat datang buat ganti perban, setelah perban diganti
ibuku bilang “Lho perbannya jadi bersih.” Aku tanya “Emangnya yang kemaren
kotor?” kata ibuku, “Ya nggak putih bersih.” Setelah beberapa hari kemudian aku
liat-liat foto di HP dan baru sadar ternyata yang disebut kotor itu perbanku
agak warna merah. Pantesan setiap kali makan aku bau darah ternyata memang
lukanya begitu.
Aku opname dari jumat
sore sampai minggu malam, itu karena kami yang minta pulang. Selama opname kami
ngga ketemu dokter spesialisnya. Mungkin karena kasusku tergolong ringan jadi
dokter spesialisnya males visit, kata perawat konsulnya lewat WA. Padahal
setiap hari kami tanya apakah dokter spesialisnya bisa visit, perawat selalu mengatakan
nanti tunggu. Begitu terus sampe kami sekeluarga bosan tanya.
Hari
senin, hari pertama di rumah mukaku bengkak semua. Aku pikir aku tambah gendut,
ternyata cuma mukaku aja yang bengkak. Aku sempet ijin kerja via WA ke HRD,
tapi cuma di read doang. Kata temen-temen sih emang orangnya gitu. Senin sore
perwakilan teman dari ikatan profesi datang ke rumah. Thankyou.
Hari
selasa rutinitasku seperti biasa, makan makanan yang ngga perlu susah ngunyah
dan minum obat. Keluarga dan teman orang tuaku datang ke rumah. Setelah
melihatku mereka bilang "kok mbaknya beda ya sama di foto, ini keliatan
masih kecil." "Iya kayak masih kuliah" Sambung ibu yang lain,
"masih pantes jadi anak SMA" Kata ibu yang lain lagi, "malah
mirip anak SMP" Sahut yang lain lagi. Ibuku balas memuji anak mereka dan
aku terdiam merenung "untung ngga mirip zigot." Batinku.
mata merah |
Menjadi orang sakit itu
ternyata menjadi lebih sensitif. Kalo ada temen yang nanya "Udah
sembuh?" Atau "Besok udah berangkat?" Atau "Lain kali
hati-hati, makan yang banyak" Atau "Katanya lagi sakit?" Rasanya
agak kesel.
Kalo
boleh kasih saran, kalo ada orang sakit yang sakitnya bukan sekadar pusing
tanyalah kondisinya dulu.
"Gimana kondisimu
hari ini?"
Kalo kamu bahkan ngga tau
kondisi temanmu rasanya lancang dan nggak tau diri banget nanya kayak gitu.
Pertanyaan satu kalimat gitu tuh kesannya kayak cuma kepo doang. Apalagi kasih
nasihat yang like a bullshit.
Sorenya aku ganti perban
ke perawat yang sering home visit. Kondisi lukaku masih sakit, sakit banget
malah. Setiap ganti perban dan dibersihin lukanya aku berasa mau nangis terus. Kayaknya
aku emang lemah banget soal luka fisik. Oiya rawat luka disini biayanya 40.000
rupiah. Karena obat masih ada dari RS jadi aku Cuma rawat luka aja.
Hari Kamis jadwal kontrol
ke RS ketemu DPJP yang pertama kalinya. Jadwalnya jam 5 tapi seperti dokter
spesialis disini pada umumnya, ngaret sampai jam 7. Disini rumah sakit swasta
dan aku pake umum. Untuk biaya pendaftaran termasuk dokter spesialis itu 90.000.
Bangunan rumah sakit ini emang bagus, tapi untuk pelayanan dokter yaa standar
rumah sakit di kebumen lah.
Pendaftaran Rawat Jalan |
bill obat dan rawat luka |
Kontrol di rs pemerintah
di kebumen biasanya pasiennya bisa sampe langsung 3 yang dipanggil masuk ke
ruang dokter, meski diperiksanya satu satu tapi tetep aja berasa ngga ada
privasi kann. Dan kali ini aku di rs swasta, dokternya cuma tanya keluhan lalu
dibikinkan resep. Saat lukaku lagi dibersihkan, mereka malah diskusi tentang
kasus pasien selanjutnya. Aku tau kasusku ringan tapi ngga etis aja bahas kasus
pasien lain di depan seorang pasien. Setelah selesai dibersihkan aku
nanya-nanya beberapa pertanyaan, tapi dokternya keliatan cuek (mungkin ini efek
psikisku yang lagi sensi). Maksudku harusnya mereka menjelaskan kondisiku,
gimana prognosisnya, apa yang bisa memperparah keluhan, makanan apa yang baik
dimakan atau bahkan proses penyembuhan luka aku juga mau dengar. Kalo cuma
ngomong keluhan terus dikasih obat tu apa bedanya sama beli obat di apotek?
Sepertinya emang dokter spesialis di kebumen itu masih langka, sehingga mereka
terbiasa kejar setoran.
Sedangkan
di kota sebelah (dengan biaya yang sama) pasien masuk ke ruangan
dokter. Diperiksa dan ditanyakan keluhannya, lalu diberi
penjelasan. Sebelum pasien keluar meninggalkan ruang biasanya dokter spesialis
akan bertanya, "ada lagi yang ingin ditanyakan?" Tentu itu menjadi
penutupan yang manis saat berkonsultasi dan mendapatkan jawaban yang memuaskan.
Aku nulis ini karena udah pernah konsultasi dengan dokter spesialis lebih dari
satu di sana. Berharap pelayanan kesehatan disini bisa lebih baik lagi.
Bukan rumah sakit berlomba-lomba melengkapi koleksi deretan nama dokter spesialis
aja, tapi juga pelayanan dari dokternya. Tentu sangat jarang rumah sakit meng
cut seorang spesialis hanya karena pelayanannya. Mencari dokter spesialis
disini memang masih susah, rebutan dengan RS RS lain. Kata orang kalo mau dapat
pelayanan dari dokter spesialis dengan lebih baik mending ke rumah praktiknya
saja.
Senin 1 Februari luka
jahitanku udah mulai gatal, gatalnya udah berasa dari hari minggu tapi coba
sabar dulu nunggu senin. Rasanya bener-bener nggak nyaman. Akhirnya senin ini
ke Puskesmas buat control luka, sampe sana di assessment bentar lalu karena
lukanya udah cukup bagus jadi mending dilepas jahitan hari itu.
Jahitannya ada empat,
satu per satu jahitan dipotong lalu ditarik. Meski sempet deg-degan. Waktu di
UGD RS perawat bilang kalo benangnya itu yang bisa jadi daging. Tapi aku baru
tahu kalo benang yang jadi daging pun perlu dilepas. Setelah jahitan dilepas
aku udah ngga perlu pake perban lagi. Alhamdulillah.
Pendaftaran |
Dan ternyata biaya di
puskesmas murah banget dong. Pendaftaran Cuma 10.000, rawat luka 10.000 dan
lepas jahitan 12.000/4jahitan. Mbak-mbaknya juga sabar dan baik. Aku sempet
nanya kapan aku boleh cuci muka, katanya karena letaknya di muka mending jangan
dulu-dulu. Aku masih bingung sih kapan waktu yang tepat untuk cuci muka, jadi
aku VC temenku yang perawat di luar kota. Dia bilang sekitar 5 hari atau ketika
lukanya udah nutup dan oke aja ketika di benggang-benggang maka aku udah bisa
cuci muka. Tapi karena aku khawatir jadi aku pasin aja seminggu baru cuci muka.
bill rawat luka dan aff hecting |
Total lebih dari 2 minggu
aku ngga cuci muka, ngga bersin (karena kalo bersin mata dan pipiku sakit, jadi
aku tutup hidung). Kalo ngga ketawa itu paling 1 minggu soalnya susah banget
nahan ngga ketawa meskipun sakit buat ketawa tapi mau gimana lagi.
Trus abis dari puskesmas
aku ke Optik cari kacamata, niatnya beberapa hari lagi aku mau masuk kerja. Kata
mba refraksi optiknya mataku masih bengkak banget, dan masih ada sisah
perdarahan konjungtivanya. Dia si nyaranin aku jangan kerja dulu, mending cek
MRI katanya takutnya ada perdarahan juga di kepala yang suatu saat bisa ganggu
peredaran darah di otak. Aduh orang sakit itu banyak bener pengeluarannya,
udahlah bismillah baik-baik aja. Disana milih-milih frame sama pesen lensa. Milih
yang standar aja jadi totalnya dibawah satu juta dan diatas lima ratus ribu. Bisa
diambil sekitar 2 hari lagi.
setelah lepas jahit dan buka perban |
Pulang ke rumah tiba-tiba
ada Chat dari orang RS, dia buka karyawan RS tapi semacam orang yang bantu-bantu
owner RS gitu. Dia tanya alamat rumahku. Kata orangtuaku jangan-jangan aku mau
dipecat karena lama ngga masuk kerja. Tapi setelah dia sampe ternyata nganterin
parsel titipan owner. Thankyou.
Tanggal 4 Februari aku
masuk kerja, btw aku masuk kerja ini belum berani cuci muka sampai hari minggu.
Dan mataku masih yang agak bengkak gitu.
Tanggal 13 Februari aku
ke dokter sp mata. Mataku masih suka bengkak kalo pagi, ngeganjel, dan kadang
perih. Kata dokter sih nggapapa, tapi aku di kasih obat tiga macam. Disini abisnya
hampir 200rb.
Selasa tanggal 16
Februari aku ke dokter kulit. Luka dipipiku masih ada tanda-tanda inflamasinya,
padahal udah hampir sebulan. Masih keliatan merah, bengkak, dan pegel apalagi
kalo senyum dan bersin. Disini dikasih salep habisnya hampir 600ribu tapi ngga
ada billnya sih.
Dan sekarang
Alhamdulillah semua udah mulai membaik. Tinggal luka di pipi aja karena
lecet-lecet udah pada kering, memar-memar udah pada menghilang, dan bahkan bahu
kiriku udah oke banget.
Terima kasih untuk semua
orang yang sudah peduli :)
Post a Comment