Baru-baru ini Komisi Perlindungan
Anak Indonesia atau disebut KPAI mengkritisi Audisi dari Djarum Beasiswa
Bulutangkis. Audisi ini dikelompokan pada 2 kelompok U-11 (usia dibawah 11
tahun) dan U-13 (usia dibawah 13 tahun) . KPAI menganggap bahwa audisi tersebut
merupakan bentuk eksploitasi anak secara terselubung.
Perlu diketahui bahwa PB Djarum
sudah berusia 50tahun, yang artinya sudah melahirkan banyak legenda-legenda
Bulutangkis Indonesia. Kontan saja tindakan KPAI tersebut mendapat kecaman dari
banyak pihak, khususnya pecinta bulutangkis. Kekhawatiran pecinta bulutangkis
pun berdasar karena banyaknya atlet jebolan PB Djarum yang berprestasi. PB
Djarum pun dinilai sebagai salah satu klub yang paling loyal pada atletnya.
Menurut KPAI penulisan logo/kata
Djarum pada kaos peserta audisi yang diikuti oleh anak-anak itu sudah menyalahi
aturan. Sebab kata Djarum sudah identik dengan nama produk rokok. Penggunaan
nama produk rokok dalam kegiatan olahraga tidak diperkenankan. KPAI memperbolehkan
audisi tetap dilanjutkan asalkan pada kaos peserta tidak ditulis kata Djarum.
Masalah semacam ini pun sudah
terjadi didunia pendidikan. Dikampus ada banyak pilihan beasiswa, beasiswa dari
perusahaan rokok yang paling dikenal adalah beasiswa Sampoerna dan Djarum.
Beasiswa yang diberikan dari perusahaan rokok tersebut pun biasanya nominalnya
lebih besar dari program beasiswa lain.
Sekarang sudah banyak kampus yang
tidak menerima beasiswa dari perusahaan rokok (bahkan sepertinya dilarang).
Sebab semua orang tau bahaya dari rokok namun jumlah perokok tetap bertambah.
Pemberian beasiswa dianggap sebagai salah satu bentuk promosi dalam memperbaiki
image perusahaan tersebut khususnya dikalangan mahasiswa dan menyentuh sisi
kepedulian masyarakat.
Sayangnya pada kasus PB Djarum dan
KPAI ini lebih besar dari sekedar beasiswa kampus. Setelah peserta lolos audisi
dan bergabung dengan PB Djarum, para atlet muda dimasukkan ke asrama PB Djarum
di Kudus. Ditempat itu mereka akan dibentuk sebagai atlet bulutangkis professional
dan dilatih oleh para pelatih yang kompeten.
Mengganti nama PB Djarum adalah
salah satu hal yang mendekati ketidakmungkinan. Sedangkan menghapus PB Djarum
akan berpengaruh cukup besar bagi bulutangkis Indonesia. Dan membiarkannya saja
bukankan akan merusak reputasi KPAI yang sudah lebih dulu mengkritisi ?
Problematika mengenai rokok ini
seperti lingkaran setan. Tidak mungkin rokok bisa lenyap dari Negara ini begitu
saja, meskipun banyak dampak negatif yang di timbulkannya. Faktanya rokok ini
tidak hanya berpengaruh pada satu kementrian. Ada kementrian-kementrian lain
yang justru diuntungkan oleh adanya rokok di Indonesia.
Rokok memang sungguh amat sangat
tidak baik bagi kesehatan. Merokok sama saja merusak tubuh sendiri. Meski
berulang kali dijelaskan, para pecandu rokok tetap bertahan. Mungkin karena
ketika sakit tidak ada diagnosa yang berbunyi ‘pecandu rokok’. Diagnosanya hanya semacam Pneumonia, CHF,
Stroke, TB, dan kawan-kawannya sehingga perokok tetap merasa aman ?
Yaaa.. dibutuhkan kesadaran diri
dari semua pihak, semua lapisan masyarakat.
Karena akan sulit menghapus rokok
jika peminatnya masih banyak.
Post a Comment