Di penghujung hari sebatang pohon mengadu pada
tuannya.
Ia sedih karena daunnya selalu dimakan ulat.
Hari-harinya terasa buruk karena ia merasa tampak
jelek dengan daun yang berlubang.
Si pohon meminta pada tuannya agar ia ditebang
saja.
Tapi tuannya berkata, “Tunggu..”
Pohon menurut.
Hari demi hari berlalu.
Pohon kembali mengadu pada tuannya.
Banyak semut yang merambat di rantingnya dan
membuat sarang di daunnya.
Si pohon pun meminta pada tuannya untuk menebangnya
saja.
Tuannya berkata, “Ini belum saatnya..”
Hari demi hari berlalu, dan musim pun berganti.
Sang pohon mulai berbunga.
Angin berhembus sangat kencang, hingga
bunga-bunganya pun berjatuhan.
Pohon khawatir ia tidak bisa berbuah karena
bunganya selalu terbawa angin.
Ia pun kembali meminta pada tuannya untuk
menebangnya saja.
Karena ia merasa tidak berguna jika musim ini ia
tidak berbuah.
Tuannya pun
berkata, “Jika aku menebangmu sekarang, kamu hanya akan menjadi kayu
bakar. Menjadi arang lalu hilang tanpa dikenang.”
Sang pohon menangis.
Di satu sisi ia ingin menjadi pohon yang berguna
dan dikenang.
Disisi yang lain angin yang menerpanya terlalu
kencang membuatnya nyaris berputus asa.
Ia tidak ingin mengecewakan tuannya.
Si pohon berusaha bertahan.
Tersenyum dalam setiap harinya yang terasa semakin
berat.
Senjapun berlalu dan hari terus berganti.
Pohon mulai berbuah.
Tapi ada banyak buahnya yang dimakan kelelawar.
Si pohon pun bersedih kembali.
Kenapa sekedar menjalani hidup saja serumit ini.
Kali ini pohon benar-benar merengek pada tuannya.
Hatinya terasa sakit menahan sesak terus menerus.
Pohon sempat berpikir, apa yang salah dengannya ?
Tuannya berkata, “Jika aku menebangmu sekarang,
kamu belum cukup layak untuk dijadikan lemaari. Bukankah kamu menginginkan
menjadi lemari ?”
Sang pohon terus mendesak, ia merasa tidak mampu
melanjutkan hidupnya.
Daun-daunnya dimakan ulat,
batangnya dipenuhi semut,
bunganya sering jatuh diterbangkan angin.
Lalu kini, buahnya pun nyaris habis dimakan
kelelawar.
Pohon sudah tidak tahu apa yang harus ia lakukan.
“Bersabarlah.. esok musim kan berganti.” Kata
tuannya.
Tuannya menatap sang pohon nanar.
Kenapa pohonnya selalu minta ditebang sebelum
waktunya.
Padahal jika saja sang pohon meminta pada tuannya
untuk membantunya hidup,
Mungkin tuannya akan memberikan pembunuh hama dan
akan melindungi buahnya dari binatang.
Sayangnya sang pohon terlalu mudah menyerah dan
terlalu enggan bertahan.
Meski mimpinya sudah begitu dekat.
Tidak perlu serba sempurna untuk
menjadi bermakna.
Karena keberadaanmu didunia inilah yang
membuatmu berharga.
Tanpa menjadi sempurna, pohon telah memberikan
kehidupan bagi ulat, semut, dan kelelawar.
Sebenarnya tanpa disadari, pohon telah menjadi
kehidupan bagi makhluk lain.
Jika ia menyerah maka akan sama artinya telah
membunuh kehidupan yang lainnya juga (kan)
Post a Comment