Daun yang jatuh dan tertiup angin, bagaimana caramu
kembali?
Masih bisakah?
Ketika rantingmu pun sudah hilang entah kemana.
Daun, kenapa ranting itu melepaskanmu?
Kenapa mereka membiarkanmu terjatuh dan merasakan
sakit sendiri?
Daun, benarkah kamu tidak membenci ranting dan
angin yang membuatmu tergeletak sendiri?
Lalu bagaimana caramu bertahan?
Bagaimana jika kamu terinjak-injak?
Atau bahkan terbakar tanpa sisa?
Broken
home sekarang udah marak di sekitar kita, apalagi artis-artis. Tiap nikah-cerai
selalu nongol di TV setiap pagi siang malam, sudah seperti hidangan wajib bagi
pemirsa dirumah. Maka sudah menjadi hal yang tidak asing lagi ketika kita
melirik orang terdekat kita ternyata korban broken home.
Banyak
artikel yang membahas tentang dampak dan efek broken home bagi anak maupun
orangtua itu sendiri. Yaa seperti obat yang menghilangkan rasa sakit, selalu
ada efek sampingnya.
Ketika
mereka –orang tua– mencari kebahagiaan mereka sendiri, sebagai anak bisa apa?
Menjalaninya dengan senyuman? Menangis untuk meratapinya? Atau justru
memberontak?
Semua
orang bebas mengekspresikan rasa tidak puasnya atas hidup yang mereka jalani.
Menyusun kembali bongkahan hati yang tidak utuh lagi. Berharap mentari esok
lebih cerah hingga harapan baru bisa muncul kembali.
Dampak dan efek anak broken home sebenarnya
berbeda-beda. Tergantung pada kematangan emosi dan cara penyampaian orang tua
dalam memberi pengertian pada sang anak. Meski begitu kebanyakan media-media menitik
beratkan pada dampak negatifnya saja, sehingga anak bh terkesan benar-benar
negative dimata masyarakat.
Salah satu dampak yang paling terlihat memang sifatnya
yang ‘pemberontak’ , ada pemberontak ke negatif dan ada yang ke positif.
Apalagi jika orang tua pernah bercerita jika dulu mereka
sempat enggan memiliki anak.
“Dek dulu sebenarnya ibu belum siap punya anak. Apalagi
ayah kamu, dia itu.. bla.. bla.. bla..”
Ada anak yang akan merespon cerita si ibu itu dengan
pemikiran bahwa ternyata orangtuanya saja tidak menginginkannya lahir didunia.
Jadi untuk apa dia bersusah payah belajar dan melakukan hal-hal baik lainnya,
sedangkan tidak akan ada yang peduli padanya.
Tapi ada pula anak yang akan berpikir bahwa semua ini
ada karena takdir. Mungkin orangtuanya tidak mempedulikannya, namun dia akan
tetap belajar dan melakukan hal-hal baik lainnya supaya kelak orang tuanya
tidak menyesal dan justru malah bangga karena telah melahirkannya kedunia.
Berbeda sudut pandang ternyata memang dapat menimbulkan
efek yang fatal. keluarga merupakan pendidikan pertama seorang anak. Hampir
semua orang tua di dunia ini berhrap dapat melihat anaknya sukses.
Sebaliknya orangtua yang memilih brokenhome pun
seharusnya tetap peduli pada pertumbuhan dan perkembangan si anak. Jika anak
tersebut ikut ayah, sebaiknya sang ayah dapat mengcover peran ibu pada anaknya.
Sebab kehilangan sesuatu yang masih dapat dilihat kadang lebih berat daripada
kehilangan sesuatu yang benar-benar hilang.
Ada saat diamana si
anak bingung dengan hidupnya sendiri. Dia
mulai bertanya-tanya siapa yang benar-benar menyayanginya? Siapa yang
benar-benar menginginkannya? Dia mulai ragu dengan orang-orang disekelilingnya,
mulai merasa sendiri.
Semua orang punya
masalahnya sendiri, menjadi anak BH pun berbeda-beda alasannya. Ketika bersama
salah satu orang tuanya, ia akan bercerita bagaimana mereka dengan versi yang
berbeda-beda. Kadang anak akan bingung versi manakah yang benar-benar terjadi?
Siapa yang harus ia percaya?
Namun yang harus
diingat,
Broken home
bukanlah akhir dari hidup, ini adalah salah satu pembelajaran dalam hidup.
Kehilang namun tidak benar-benar hilang. Ada
namun tak tersentuh.
Post a Comment