sukma w.

prolog 
Seorang wanita terduduk disofa kamarnya. Ia baru saja pulang dari kerjaannya. Terlihat dari pelipisnya yang basah oleh keringat. Wanita itu menaikkankakinya diatas sofa kemudian berbaring. Ia memejamkan matanya sebentar, lalu beranjak menuju meja yang terletak disebelah ranjangnya dan meraih foto berbingkai kayu. Wanita itu mengamati foto tersebut, sesekali ia tersenyum. Namun senyumnya seperti mengisyaratkan kepedihan.
  Ada sekitar 10 orang dalam foto tersebut. 4 orang laki-laki dan 6 orang perempuan. Mereka seperti berada disebuah lapangan basket yang dikelilingi gedung sekolah. Baju yang mereka kenakan tidak istimewa, hanya seragam berwarna putih abu-abu. Wajah-wajah mereka sangat ceria seakan dunia hanya milik mereka.
  Raut wajah wanita itu kembali berubah. Dari sorot matanya terlihat seperti sedang mengenang sesuatu. Ia mengelus satu per satu wajah dari foto tersebut kemudian mendekapnya. Lagu peterpan - semua tentang kita mengalun lembut ditelinganya.

Waktu terasa semakin berlalu
Tinggalkan cerita tentang kita
Akan tiada lagi kini tawamu
Tuk hapuskan semua sepi dihati
Teringat disaat kita tertawa bersama
Ceritakan semua tentang kita
Ada cerita tentang aku dan dia
Dan kita bersama saat dulu kala
Ada cerita tentang masa yang indah
Saat kita berduka saat kita tertawa

Kenangan itu seakan berputar kembali dihadapannya. Sebuah kejadian yang hanya terjadi sekali dan takkan terulang itu seakan mencabik-cabiknya dalam diam. Jika mampu, ia ingin memperbaiki mozaik hidupnya dengan lebih baik lagi. Namun waktu tidak mengenal kata maaf, ia akan tetap berjalan kedepan dan meninggalkan yang telah lalu.

To be continue  ( ^.^)d□□b(^.^ )

vCuma prolog, ceritanya ngga tau kapan ~(‾‾)~

#renungan
Bisa bayangin rasanya jadi gede? Jadi kakek nenek? Kehilangan masa jalan-jalan? Kehilangan seragam putih abu-abu? Kehilangan suasana kelas?
Kalo dibayangin kayaknya lebih milih waktu tetep gini-gini aja deh. Tetep jadi anak, tetep hidup disini, tetep sma, dan kita tetep bareng-bareng.

Tapi waktu adalah waktu, dia ngga kenal kata ampun. Yang bakal terjadi ya terjadilah. Kita tinggal nunggu aja saatnya.
sukma w.
Kepuasan?
Apa hanya kepuasan yang aku cari?
Setelah apa yang aku inginkan berada didepan mataku
Tapi naluriku berkata bahwa sesungguhnya aku tidak membutuhkan itu semua.

tersadar dari gelombang keinginan
menariku kedalam sangkar obsesi
menginginkan sesuatu yang tak kubutuhkan
hanya untuk sebuah kepuasan

aku tak paham dan aku sempat memakinya
ketika ia mengambil sesuatu dari tanganku
berharap ia akan memberikannya padaku kembali
walaupun itu bukan milikku atau miliknya
namun ketika ia memberikannya padaku
naluriku mulai berjalan, otakku berpikir keras
apa aku membutuhkannya?
Untuk apa aku merebutkan sesuatu
Yang tak tau apakah sedang kubutuhkan
Tersadar dari semua itu, aku menyerah
Kuberikan lagi benda itu padanya
Mungkin dia lebih membutuhkannya
Hatiku sempat ragu pada pola pikirku
Bukankah aku tidak membutuhkannya?
Untuk apa aku memaki dia dalam hatiku?
Apa aku hanya ingin melihat dia menyerah didepanku?
Dan memberikan yang aku inginkan?
Tapi semua itu untuk apa?
Untuk membuktikan bahwa aku lebih dibanding dia?
Sepertinya bukan itu.
Aku tidak seegois itu,
Mungkinkah itu hanya obsesi semata?


Perjalanan yang aku lewati menyadarkanku
kalau aku telah jauh berjalan.
Memori kehidupan memutar cepat diotakku
Semua keegoisankiu, kecongkakanku, ketidak pedulianku, dan semua kesalahanku telah terukir dimasa lalu
Membuatku merasa jauh,
Jauh dari semua kebaikan yang terlihat
Aku berharap, perjalanan ini takkan terhenti
Agar aku bisa mengukir dinding baru
Memulai semua dengan lebih baik


shuckeiiyma